Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Buku Biru (4), [Tantanganmenulisnovel100hari)

17 Maret 2016   16:23 Diperbarui: 17 Maret 2016   16:38 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gerimis masih menimpa sedang Biru masih terpaku merenungi  ditingkah angin yang sedikit agak keras membuat sebagaian jilbabnya terkena angin siang itu.

“Hari-hari akan sepi tanpanmu esok dan esok lusa seperti pagi yang akan berganti siang dan siang berganti sore, dan bila malam aku kan berdo’a untukmu mas dan untuk  kita”

“mari pulang mama” celetuk anak pertamanya

“bapak sudah bobo, tidur mama, kita pulang”ajak anaknya yang kedua

Bibinya yang disamping kedua anak ini membimbing Biru untuk pulang walau berat hati ini semakin berat meninggalkan tanah persitirahatan terakhir suaminya, hatinya sudah mantap.

“mas do’aku semoga mas kembali padaNya dengan amal perbuatan yang  baik dan di terima dengan baik disisihNya”

“mba sudahlahkita pulang kerumah” kata bibinya pada Biru , hanya mengangguk kecil dan mereka naik mobil pengiring  keluarga  kerumah, komplek perumaham polisi.

Aku tahu hari-hari ini akan sulit tanpamu mas, tetapi setiap saat akan ada pertolonganNya, bila kami kesulitan, aku akan bersiap diri menjadi ibu dan sekaligus sebagai “ayah” mereka, tekad hatinya semakin membara di dadanya.

Foto suaminya di dekap erat di dadanya di dalam mobil hanya sedih kerinduan dan rasa kehilangan yang dalam seakan hanya diri dan tangisnya hanya satu untuk suaminya yang tercinta ini.

Memang dulu mas Harun hanya kenalan itu saja dikenalkan bapak ibu pada Biru, dulu sekali dia mempunyai seorang lelaki idaman hatinya yang di kenalnya waktu kuliah dulu dikampus.

Takdir Allah swt ternyata berpihak padanya dan mereka memutuskan menikah mesti kuliahnya Biru waktu itu belum selesai, meninggalkan kekasih hatinya yang sekarang entah pergi kemana, Biru anak dari kedua orang tua yang juga mengabdi pada bangsa dan tanah air ini, maka nilai-nilai birokrat masuk dalam tulang rusuknya juga!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun