Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Buku Biru (4), [Tantanganmenulisnovel100hari)

17 Maret 2016   16:23 Diperbarui: 17 Maret 2016   16:38 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="alsayidja"][/caption]

cerita yang kemarin:

http://fiksiana.kompasiana.com/alsayidjumianto/tantanganmenulisnovel100hari-buku-biru-3_56e90d295eafbd122e5731bf

 

#‎TantanganMenulisNovel100Hari

 Judul :Buku Biru

Oleh :Al Murru'ah Sayyid Jumi anto

ada :563 kata

no peserta :62

 

Hari yang tidak bisa dilupakan, seumur hidupnya, kekasih hatinya yang membuatnya  lahir batin gembira, sekarang sudah di pusara yang memerah warna  mawar dihamparkan dan ada nama yang disematkan dalam  tertulis namanya Brigadir dua Harun .

Gerimis masih menimpa sedang Biru masih terpaku merenungi  ditingkah angin yang sedikit agak keras membuat sebagaian jilbabnya terkena angin siang itu.

“Hari-hari akan sepi tanpanmu esok dan esok lusa seperti pagi yang akan berganti siang dan siang berganti sore, dan bila malam aku kan berdo’a untukmu mas dan untuk  kita”

“mari pulang mama” celetuk anak pertamanya

“bapak sudah bobo, tidur mama, kita pulang”ajak anaknya yang kedua

Bibinya yang disamping kedua anak ini membimbing Biru untuk pulang walau berat hati ini semakin berat meninggalkan tanah persitirahatan terakhir suaminya, hatinya sudah mantap.

“mas do’aku semoga mas kembali padaNya dengan amal perbuatan yang  baik dan di terima dengan baik disisihNya”

“mba sudahlahkita pulang kerumah” kata bibinya pada Biru , hanya mengangguk kecil dan mereka naik mobil pengiring  keluarga  kerumah, komplek perumaham polisi.

Aku tahu hari-hari ini akan sulit tanpamu mas, tetapi setiap saat akan ada pertolonganNya, bila kami kesulitan, aku akan bersiap diri menjadi ibu dan sekaligus sebagai “ayah” mereka, tekad hatinya semakin membara di dadanya.

Foto suaminya di dekap erat di dadanya di dalam mobil hanya sedih kerinduan dan rasa kehilangan yang dalam seakan hanya diri dan tangisnya hanya satu untuk suaminya yang tercinta ini.

Memang dulu mas Harun hanya kenalan itu saja dikenalkan bapak ibu pada Biru, dulu sekali dia mempunyai seorang lelaki idaman hatinya yang di kenalnya waktu kuliah dulu dikampus.

Takdir Allah swt ternyata berpihak padanya dan mereka memutuskan menikah mesti kuliahnya Biru waktu itu belum selesai, meninggalkan kekasih hatinya yang sekarang entah pergi kemana, Biru anak dari kedua orang tua yang juga mengabdi pada bangsa dan tanah air ini, maka nilai-nilai birokrat masuk dalam tulang rusuknya juga!

Takdir berpihak   pada Biru ternyata hari inilah takdirNya yang nyata kehilangan suami yang benar dicintainya.

“Cinta abadi ya orang tua dan cinta paling abadi adalah kepada Tuhamu, ya Allah swt  yang maha abadi daripada cinta kita, manusia” ucap bapak yang membuat hati tenang dan tenteram lagi akhirnya.

Rumah  yang agak besar dikomplek perumahan polisi ini, nampak ada sedikit lega dalam hati mereka.

“mama kita kembali kerumah, ‘kat sikecil pada Biru

‘ya, kita kembali kerumah” jawabnya sendu, benar rumah masih ada bapak dan ibunya yang sengaja datang  untuk menghiburnya dan menyemangatinya di rumah akan diadakan  pengajian untuk meneguhkan hati kami yang kehilangan suamii dan bapak kami tercinta, sengaja kami kan mengadakan seminggu samapai cuti nya di sekolahan berakhir seminggu kedepan.

“mama jangan cemberut to”hibur sang kakak melihat  mamanya masih murung

“tidak kakak, mama capek benar hari ini” kata Biru menenangkan anak pertamanya ini.

Semua memang berduka dan larut dalamkesedihan hati ini kehilangan suami, kehilangan bapak untuk anak-anak dan kehilangan anak yang tersayang dalam tugas negara ini.

“kita adakan tahlilan dan membaca yasin sampai seminggu kedepan setiap malam untuk keluarga kecil kamu”kata Bu Lik ya tante Mira padaku

“ya tante” jawabku pelan

“jangan berlarut sedihmu nduk” hibur bapak padanya, 

mereka mencoba menguatkan hati biru yang berantakan dan berkeping, puzzle  kehidupan yang ceria dan bahagia itu akan dihidupkan lagi untuk semangat  hati dan hiudp Biru kedepannya.

Rumah itu masih seperti pagi tadi hanya beberapa perabotnya masih agak berantakan dan terlihat meja dan kursi disengaja di pinggirkan untuk menggelar tikar pagi tadi bagi tamu, semua di benahi oleh saudara dan kerabat yang ada dalam rumah ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun