Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Presiden Petruk, Kehilangan Penghapus

4 Januari 2016   22:16 Diperbarui: 4 Januari 2016   23:04 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

semua tertegun dan kaget dengan pernyataan ini dan inilah sebagai cambuk para bawahan dan pejabatnya inilah keadaan NKRM yang sebenarnya.

aku hanya diam sebagai nyamuk cuma milang-miling mencari siapa lena akan aku hisap darahnya tetapi benar pidato beliau ini dan ada yang hiruk di ruang sang presiden ada apa?

Tiba-tiba saja ada keributan diruang kerja bapak presiden Petruk semua siap,dan semua membantu apa yang terjadi

“inilah kalau kebanyakan kerja, bisa lupa, ah anu…aku lupa” kata pak presiden Petruk

“apa mas presiden?” tanya ajudan dlem, bagong

“Lupa naruhnya, aku lupa benar” lirih pak presiden Takut kedengar pasukan pengaman presiden

“ada apa to ?” tiba-tiba gareng datang dan

“aku lupa mas gareng tolong dicarikan” kata bapak presiden

“apa pak?” tanya Gareng

“itu yang ada di disgrip(kotak alat tulis) “ aku lupa naruhnya

“apa?” selidik gareng lagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun