*kisah nasib petani Pilu di pesisir kidul Kulon Progo
Mbak temon pulang dari rantau jadi TKW
darii negeri seberang
pulang dengan segenggam uang dan permata dan harapan
asa yang membuncah
harapan senang bertemu simbok dan bapaknya
dari bandara turun naik omperangan
dilihatnya banyak umbul-umbul dan coretan disana-sini
mbok aku pulang, bapak aku pulang
rumahnya sepi dan senyap
semua pindah nduk, kata lik warjo yang kebetulan lewat depan rumahnya
apa lik? pindah ada apa?
kami kalah mbak Temon,
jali teman kecilnya juga datang dari samping rumahnya
simbok bapak sudah pindah kerumah pakde,
ada apa? kata mbak temon
itu yang senang mbak temon pengusaha dari India jadi membuat bandara
semua dihabiskan
mbak temon kaget
pengusaha yang punya link dan dekat dengan kraton mengambil alih
ya membuat semua milik kraton dikembalikan
benar kami bertani di lahan kraton tetapi bukan begini
dirembug
mabak Temon geleng kepala
rumah sejak kecil, walau magersari., tetapi saksi hidup perjuangan para petani
penggarap dan buruh tani, padi, melon
tidak bisa dibiarkan dalam hatinya bergetar
mereka pulang ke tempat pakde
harapan uang, berlian tinggal harapan
dulu ada tambang besi yang melukai hati rakyat kecil
belum sembuh luka ada irisan jeruk yang menambah luka hati rakyat kecil di pesisir ini
matahari semakin panas
tetapi mereka hanya lemah, milik kraton sultan ground
ya harus manut kata bapaknya
tetapi pendekatannya yang agak keliru
pro kontra tidak diharap,
jangan seperti calon pabrik baja kemarin, main tangkap
makanya rakyat kecil ya bergerak
cacing saja tidak mau di injak kok, kata bapak
mbak Temon jadi termenung, benarkah patung nyi Ageng serang bukti kita sudah merdeka ?
ataukah kita sekarang di jajah oleh pemilik tanah dan modal yang berselingkuh dengan pengusa-pengusa kecil
di daerah benar adanya
wates semakin panas, juga, pesisir semakin panas
dengarlah kata hati mereka,
pembangunan adalah untuk kesejathteraan rakyat, juga pemerintah
semua kembali ke nurani kita
yang berkorban harus dihargai
yang menolak harus dihargai juga
yang diam-diam menarik untung atas peristiwa ini juga harus dihargai
musyawarah....
mbak temon juga tersenyum kecut apakah kemarin pengusaha besi baja yang juga ditolaknya
sekarang pengusaha yang dari India mau membuat bandara juga ditolaknya
karena apa
pendekatan mereka yang keliru mbok.
bapaknya cuma manggut-manggut
bener nduk, kata mbok dan bapaknya
tanah bukan milik kita, ya dikembalikan,
tetapi ya nguwongke  begitu kan mbok?
kabeh kon pindah gelem asalkan kita juga sejahtera kelak
mbak Temon hanya diam
setegar patung nyi Ageng serang di Perempatan Wates