Mohon tunggu...
Alpi AnwarPulungan
Alpi AnwarPulungan Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa yang merantau ke Malang hanya karena membaca novel Apa pun Selain Hujan

Lahir di sebuah desa terpencil di Sumatra Utara, tepatnya di desa Sorimadingin Kabupaten Tapanuli Selatan. Saat ini tengah menempuh studi S1 pada program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya, angkatan 2017 dan mengambil minat sastra. Dulu memiliki hobi memangkas rambut dan bermain sepak bola di perbatasan kampung di dekat sungai Angkola tetapi sekarang mulai menyukai film-film Bollywood dan menekuni dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menepis Hasrat Pulang

26 Desember 2020   01:01 Diperbarui: 26 Desember 2020   01:11 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

                Aku hanya duduk terkagum-kagum melihat Imran. Sepertinya dia sudah kenyang betul dengan pengalaman hidup. Dia bahkan tahu banyak istilah asing.

                "Gajinya sangat sedikit. Hanya cukup untuk makan sehari-hari. Belum lagi ketika kita terlambat gajian, diberi cek palsu, dipecat karena ilegal, bahkan sampai tidak dibayar sama sekali. Jika kita melawan maka akan diadukan ke polisi. Menetap di Malaysia sebenarnya sangat menyakitkan tetapi sedikit lebih baik ketimbang hidup di Aceh. Kalau polisi Malaysia datang, kita biasanya menyogoknya dengan uang dan pernah juga kita memberinya ponsel. Akan tetapi, biasanya yang lebih sering dirazia itu orang-orang dari Jawa atau Indonesia. Orang-orang Aceh jarang karena mudah berbaur dan cepat menguasai aksen melayu, fisiknya juga ada kemiripan."

                Aku mencoba mengisap rokok yang kini sudah mulai menyentuh filternya. Lalu mengembusnya ke depan membentuk huruf "O" seperti yang biasa kulakukan di kampung dahulu. Asapnya mengenai wajah Hamzah dan Murad. Aku tertawa lirih. Orang-orang kini mulai memperhatikanku. Aku mematikan rokok lalu kembali duduk dengan tenang.

                "Murad, apakah sebelumnya ada orang yang kabur dari sel ini?" Tanyaku serius dengan suara pelan. Orang-orang yang mendengar itu pun terlihat terkejut. Mereka kemudian mendekat dan saksama melihat Murad, menunggu sesuatu keluar dari mulutnya.

                "Dulu aku pernah mendengar cerita dari orang di sel ini, di penjara Juru, di sana pernah ada ada aksi mogok makan besar-besaran. Kalau tidak salah ingat ada seratus lebih laki-laki, sembilan wanita dan dua belas anak-anak." Murad melihat sekeliling, memastikan kalau tidak ada petugas yang melihat dan mencurigai kami.

                "Mereka tidak makan dan minum sama sekali. Pada hari keempat, kondisi mereka kritis dan kemudian dirujuk ke rumah sakit. Setelah itu mereka tidak penah kembali ke sel lagi. Mungkin sudah mati atau sudah dibebaskan."

                "Bukankah itu sangat menyakitkan? Apakah tidak ada cara lain?" Tanyaku kepada Murad dengan ekspresi menahan sakit ketika membayangkannya.

                Murad hanya menggelengkan kepala. Orang-orang lainnya termasuk Imran juga tidak punya jawaban. Kami pun terdiam cukup lama hingga IGP -Inspektur Jenderal Polisi- datang dengan seragam lengkapnya.

                "Kalian semua orang Aceh akan dideportasi!" Ucapnya singkat lalu berlalu pergi meninggalkan kami.

                Aku mendengar kalau orang-orang di sel ini tidak setuju jika harus dideportasi. Beberapa orang tidak mau dideportasi sekarang karena keadaan Aceh yang masih kacau, beberapa lagi mempertanyakan apakah di Aceh mereka bisa pulang dengan selamat atau malah disiksa militer Indonesia.

                Makan pun dihidangkan. Orang-orang yang sudah begitu lapar langsung menghabisi makanan di depannya. Ketika aku hendak makan tiba-tiba Murad menghentikanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun