Mohon tunggu...
Alpi AnwarPulungan
Alpi AnwarPulungan Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa yang merantau ke Malang hanya karena membaca novel Apa pun Selain Hujan

Lahir di sebuah desa terpencil di Sumatra Utara, tepatnya di desa Sorimadingin Kabupaten Tapanuli Selatan. Saat ini tengah menempuh studi S1 pada program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya, angkatan 2017 dan mengambil minat sastra. Dulu memiliki hobi memangkas rambut dan bermain sepak bola di perbatasan kampung di dekat sungai Angkola tetapi sekarang mulai menyukai film-film Bollywood dan menekuni dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Foto Kenangan

25 Desember 2020   22:18 Diperbarui: 25 Desember 2020   22:27 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sampean pacarnya ya, mas?"

"Maksud sampean apa ya, Bu?"

"Saya hanya bertanya mas, apa gadis itu pacar masnya?"

"Maksud saya bukan itu Bu, saya hanya bertanya arti sampean itu apa Bu? Hahahha."

"Oalah, mas...mas. Ngono to."

                Aku menghabiskan ikan sambal dengan kuah sayur ubi tumbuk sembari mengobrol dengannya. Aku tentu saja makan pakai tangan sedangka ia pakai sendok. Selama makan, ia terus menghujaniku dengan banyak pertanyaan tanpa sekalipun mencelanya. Caranya menatapku menunjukkan betapa dia adalah pendengar yang baik. Tak heran kalau aku mulai nyaman dengannya.

                Hampir satu jam bus berhenti. Ternyata banyak penumpang yang mengambil barang-barangnya dan hanya sampai di sini. Ketika bus kembali melaju menuju Tangerang hanya tersisa kami berdua. Malam yang begitu dingin kami habiskan untuk bercerita. Dia tidur di sebelahku.

                                                                ***

                Esok harinya bus tiba di Semarang. Aku mengajaknya makan mi ayam bakso di seberang loket.

"Kau suka perempuan yang tidak pandai memasak?" ucapnya membuka pembicaraan --dengan suara yang tidak begitu jelas karena bakso yang ia makan belum sepenuhnya habis. "Apa kau menyukai perempuan yang tidak bisa memasak?" dia mengulangi pertanyaannya.

"Aku selalu mudah jatuh cinta dengan perempuan yang jago masak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun