"Sampean pacarnya ya, mas?"
"Maksud sampean apa ya, Bu?"
"Saya hanya bertanya mas, apa gadis itu pacar masnya?"
"Maksud saya bukan itu Bu, saya hanya bertanya arti sampean itu apa Bu? Hahahha."
"Oalah, mas...mas. Ngono to."
        Aku menghabiskan ikan sambal dengan kuah sayur ubi tumbuk sembari mengobrol dengannya. Aku tentu saja makan pakai tangan sedangka ia pakai sendok. Selama makan, ia terus menghujaniku dengan banyak pertanyaan tanpa sekalipun mencelanya. Caranya menatapku menunjukkan betapa dia adalah pendengar yang baik. Tak heran kalau aku mulai nyaman dengannya.
        Hampir satu jam bus berhenti. Ternyata banyak penumpang yang mengambil barang-barangnya dan hanya sampai di sini. Ketika bus kembali melaju menuju Tangerang hanya tersisa kami berdua. Malam yang begitu dingin kami habiskan untuk bercerita. Dia tidur di sebelahku.
                                ***
        Esok harinya bus tiba di Semarang. Aku mengajaknya makan mi ayam bakso di seberang loket.
"Kau suka perempuan yang tidak pandai memasak?" ucapnya membuka pembicaraan --dengan suara yang tidak begitu jelas karena bakso yang ia makan belum sepenuhnya habis. "Apa kau menyukai perempuan yang tidak bisa memasak?" dia mengulangi pertanyaannya.
"Aku selalu mudah jatuh cinta dengan perempuan yang jago masak."