Aku tidak menjawab pertanyaannya. Aku hanya menatap ke depan. Melihat lautan yang begitu luas dengan cahaya keemasan senja di atasnya. Di setiap sudut kapal sudah dipenuhi orang-orang yang sibuk swafoto atau meminta orang lain untuk memotretnya.
        Entah mengapa bagiku senja kali ini biasa saja. Mungkin karena orang-orangnya yang terlalu ramai. Berbeda sekali dengan senja di gunung Bromo yang begitu menenangkan.
"Hei!" Aku memanggilnya. "Bagamana kalau kita berswafoto?"
"Ya, keindahan ini harus diabadikan."
        Aku mengeluarkan gawaiku lalu berswafoto dengannya. Tanganku refleks merangkulnya. Awalnya ia terkejut tetapi kemudian melupakannya.
"Kenapa bisa kuliah jauh ke Surabaya?"
"Ini pertanyaan yang selalu tidak bisa kujawab. Mungkin sudah takdir," jawabnya polos.
"Iya. Barangkali, memang ada beberapa hal yang memang terjadi begitu saja, ada beberapa pertanyaan yang tidak memiliki jawaban."
"Agamamu apa?"
        Aku diam sejenak, mencoba mengingat kembali apa yang baru saja ia tanyakan. Apakah aku tidak salah dengar? Bukankah pertanyaan semacam itu terlalu serius?
"Jangan pernah berttanya agama seseorang karena itu bisa jadi menyinggungnya."