Mohon tunggu...
Cokorda Agung Istri Wedawati
Cokorda Agung Istri Wedawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Atma Jaya Yogyakarta

Saya merupakan penulis amatir yang menggemari fiksi tetapi akun ini digunakan untuk keperluan perkuliahan.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kontroversi Midsommar (2019), Film Horror dengan Gaya Tidak Biasa

17 November 2022   02:36 Diperbarui: 17 November 2022   02:53 1252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Midsommar merupakan film produksi Amerika Serikat-Swedia yang dirilis pada tanggal 11 September 2019. 

Film ini digarap oleh sutradara yang sama dengan film Hereditary, yakni Ari Aster. Walaupun beliau merupakan pendatang baru, tetapi film-filmnya berhasil menarik perhatian publik.

Film Midsommar bercerita tentang Dani (Florence Pugh) yang sedang mengalami masalah keluarga di musim panas. Ia berusaha mencari hal-hal yang dapat menghibur dan mengeluarkannya dari pikiran kacau. 

Melihat Dani yang terpuruk, Pelle (Vilhelm Blomgren) mengajak Dani untuk melepas stres. Ia mengajak Dani untuk berlibur di suatu tempat di Swedia. Tidak hanya Dani, Pelle juga mengajak kekasih Dani yaitu Christian (Jack Reynor) serta teman-temannya untuk meramaikan liburan. 

Liburan ini bukan staycation atau sejenisnya, melainkan mereka akan menghadiri festival musim panas di Halsingland, Swedia yang hanya dilakukan sekali dalam 90 tahun dan berlangsung sembilan hari lamanya.

Walaupun harus melewati perdebatan antara Dani dengan Christian, pada akhirnya Dani ikut dengan Christian serta rombongan. Ia berpikir, mungkin ini adalah kesempatan bagus untuk keluar dari ketepurukan selepas adiknya meninggal bunuh diri.

Mereka sampai di Halsingland dengan disambut oleh rerumputan hijau, bunga bermekaran, dan langit biru nan cerah. Tidak hanya itu, mereka juga disambut hangat oleh warga desa disana dengan tarian dan nyanyian merdu. 

variety.com
variety.com

Namun, kehangatan tersebut tidak bertahan lama karena mereka menemukan hal-hal aneh dan mengerikan yang menjadi bagian dalam festival.

Semakin lama mereka di sana, semakin banyak keanehan yang ditemui dan keselamatan hidup mereka juga terancam.

Midsommar Mematahkan Stereotip Film Horror

Film horor merupajan salah satu genre yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Tujuan film horor adalah menciptakan ketakutan dari alur dan para tokohnya (Astuti, 2022:28). Pada umumnya, film horor memiliki ciri-ciri:

- Sesuatu yang tidak dikenal menguasai yang dikenal

- Situasi yang mengancam

- Ketakutan atau kecemasan yang tidak bisa dilukiskan

- Latar tempat dikenal

- Musik terdengar aneh

Semakin berkembangnya zaman dan untuk mewujudkan tujuan film horor, produksi genre ini biasanya menggunakan latar gelap.

Sehingga kita memiliki steorotip bahwa film horror adalah film dengan nuansa gelap, seram, dan malam hari.

Namun, Ari Aster berhasil membuat penonton mengernyitkan dahinya karena film Midsommar sangat out of the box. Tidak seperti pada film horror pada umumnya dengan nuansa gelap dan malam hari, Midsommar memilih tema terang dan siang hari dalam menyajikan kengeriannya. 

Tidak hanya itu, Ari Aster juga menambahkan formula nyeleneh lainnya mirip seperti Hereditary, seperti adanya sekte, ritual seks, adat suatu negara dan sebagainya. 

Visual yang dengan jelas memperlihatkan hasil kekerasan dalam film menjadi senjata ampuh untuk menggaet penonton pecinta genre gore. Jadi, jangan berharap untuk menemukan jumpscare di sini.

Keunikan-keunikan ini mengantarkan Midsommar pada segudang prestasi. Midsommar berhasil memenangkan 28 penghargaan dan masuk 77 nominasi di berbagai ajang festival film. 

Selain itu, film ini memiliki rating 7.1/10 di IMDb dan skor 83% di Rotten Tomatoes.

Namun, kenyelenehan film ini ternyata juga mengundang kontroversi di berbagai negara, seperti di Indonesia dan negara asalnya sendiri yakni Amerika Serikat.

Kontroversi di Indonesia dan Amerika Serikat

Distributor film, yakni Feat Pictures mengabarkan bahwa film Midsommar akan tayang serentak di Indonesia pada tanggal 11 September 2019 melalui akun media sosialnya. 

Awalnya, Lembaga Sensor Film menyatakan film Ari Aster ini tidak lulus sensor. Berdasarkan ulasan yang diberikan, film Midsommar memiliki adegan dewasa dan sadis yang gamblang. 

Sehingga film ini dibatalkan dan diundur penayangannya sampai waktu yang belum ditentukan.

Padahal film ini sangat disambut baik oleh penonton horor Indonesia. Sebab sebelumnya Hereditary sempat sukses menarik perhatian publik dengan konsep dan cerita yang tidak biasa.

Tidak hanya kontroversi di Indonesia, film ini juga sempat bermasalah di Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan adanya kendala rating. 

Film Midsommar yang memang memiliki berbagai adegan sadis yang eksplisit, mendapatkan rating NC-17 dari MPAA. Namun, Ari Aster tidak ingin filmnya mendapatkan rating tersebut.

Sehingga terdapat beberapa adegan yang dipotong dengan total 30 menit. Hal ini dilakukan agar Midsommar mendapatkan rating R dari MPAA dan tayang dengan layak di bioskop.

Pendapat Penonton

Walaupun film Midsommar tidak dapat dinikmati di bioskop, tetapi masyarakat masih bisa menontonnya di situs legal seperti Catchplay. Beberapa orang yang telah menonton, memberikan berbagai pendapat tentang karya Ari Aster tersebut.

Sebagian besar berpendapat bahwa mereka tidak menyangka akan disuguhi kehororan dengan nuansa terang benderang dan kecantikan alam Swedia. 

"Ini menjadi bukti bahwa film horror tidak harus gelap dan banyak jumpscare. It's horror in its own way. Aku lumayan banyak berhentinya karena beberapa adegan emang disturbing" ujar Kalisya (17) saat dimintai komentar tentang film Midsommar.

Pendapat lain datang dengan membahas sisi tersirat dari film Midsommar. 

"Kita bisa melihat bagaimana Dani yang sempat depresi karena kemalangan yang menimpanya, ia dibawa ke festival aneh yang pada akhirnya membunuh teman-temannya. Namun, si Dani malah menemukan ketenangan dalam hal tersebut. Jadi sebenarnya kita harus aware akan orang-orang yang mengalami penyakit mental dan seharusnya menjaga mereka agar tidak terseret ke hal yang tidak benar." ujar El (20).

Selain itu, pendapat lainnya juga datang dari pekerja kantoran, yakni Mario (24) yang sangat menggemari film Midsommar.

"Sebenarnya ini hal dasar yang seharusnya dimiliki oleh semua orang, yaitu insting akan bahaya dan jangan terlalu percaya terhadap sesuatu. Maksudku, mereka semua sadar bahwa banyak hal janggal yang ada di desa tersebut tetapi mereka tetap tinggal di sana. Makanya aware terhadap sekitar dan sopan santun itu harus dijaga di manapun kita berada. Kita tidak pernah tahu, terkadang ketidaktahuan kita untuk malah membawa bahaya untuk kita sendiri." ujarnya saat ditemui di jam makan siang.

Melihat pendapat-pendapat tersebut membuktikan bahwa orang-orang masih sangat antusias menonton Midsommar walaupun batal tayang di bioskop Indonesia. Mereka rela menunggu untuk menonton secara legal platform-platform online.

Daftar Pustaka

Astuti, R. A. (2022). Buku Ajar Filmologi: Kajian Film. Yogyakarta: UNY Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun