Mohon tunggu...
Alpaprana
Alpaprana Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Jika arwah sang penyair, dan setumpuk kesedihan pecinta sastra mengalir di urat nadi, maka ijinkanlah aku mencumbui setiap mata yang membaca rangkaian kalam rahsa alpaprana (aksara biasa), sampai terbenamnya bahasa penaku di keabadian sulbi makhluk berkulit tanah, sebelum tiupan sangkakala memanggil, menyentuh udara kiamat, hingga membangunkan seisi jagad raya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kita yang Tertinggal dalam Pagi Ruang Puisi

14 Desember 2016   11:03 Diperbarui: 14 Desember 2016   11:08 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kita yang tertinggal di dua dunia pagi

semoga memahami arti tata-letak rahsa puisi

sampai waktu mengabarkan terang riang mentari

dan wujud basah embun menjauh pergi

 

Kita yang terbentuk dari kesatuan rusuk kasih manusiawi

seperti awan yang bebas menggantung terbang

tanpa kesadaran gerak mata angin

tiada mungkin bisa saling bertemu

hanya berseberangan jarak

pun bercakap dengan bahasa kejiwaan

bahkan di-kala kita ingini keadilan rindu

hanya menghela napas se-sesak nyanyian peminta hujan

bagi kemarau renjana yang masih diabaikan.

 

Kita, sebagai seni yang memahat udara selepas pagi

mengembangkan rahsa nurani senyawa diri

dan dapat menjadi sesuatu yang ditunggu

walau sekedar untuk menjalani jejak kaki-kaki waktu

dengan lelaku santun haru-biru

ber-yoga pada kebutaan telinga dunia semu

yang mungkin kita tak harus mampu

menyesapi aroma renjana madu

untuk kemudian menulis puisi, atau melukis mimpi rindu

dari jari-jari-- dari kuku-kuku beku

lalu tersenyum pilu pada kedamaian kalbu.

 

Sungguh kita...

; inginku bersama sisa takdirmu

walau nalarku tahu, takdir adalah perdebatan masing-masing kaum

yang datang-pergi umpama pagi tadi

dan esok, entahlah kita masih berpuisi.

 

14122016

Alpaprana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun