Mohon tunggu...
Alpaprana
Alpaprana Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Jika arwah sang penyair, dan setumpuk kesedihan pecinta sastra mengalir di urat nadi, maka ijinkanlah aku mencumbui setiap mata yang membaca rangkaian kalam rahsa alpaprana (aksara biasa), sampai terbenamnya bahasa penaku di keabadian sulbi makhluk berkulit tanah, sebelum tiupan sangkakala memanggil, menyentuh udara kiamat, hingga membangunkan seisi jagad raya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pena tak Berkalam

14 Juli 2016   03:52 Diperbarui: 14 Juli 2016   03:59 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dari searah warna sunyi-- bersuara ;

langit menaruh gelap tiada berujung

menyimpan rahasia demi rahasia

tentang separuh paru-ku

hanya terdengar desah debar napas semu

kala menikmati aroma kerinduan

merebahku dalam rakaat diam

dan cinta, lukisku di keharuan pena tak berkalam

 

Wahai rembulan sabit

tlah kutelan aroma mawar berkarat pahit

pada kemesraan dilema

menunduk pasrah

menyesap segala resah

tersenyum untuk terus melangkah

di malam tanpa cahaya

menapaki sisa-sisa perjalanan usia

 

Masih ku-imani takdir kemenangan sunyi

khidmat mengilhami keluruhan hati

dari selembar peta cinta

tersirat ketakjuban garis-garis enigma

memasung paradigma

hingga titik-titik syaraf nalarku melemah

darah-darah syairku mengalir di kertas bera setanah

 

Biarlah kedua mataku tetap melukis cinta

dengan tanpa warna sukacita

tanpa sentuhan sejuk udara

sepertiku didekap kabut malam

terjerat hasrat rindu terdalam

hingga waktu menemu dunia tlah terbenam

rahsa napasku pena tak berkalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun