Dari searah warna sunyi-- bersuara ;
langit menaruh gelap tiada berujung
menyimpan rahasia demi rahasia
tentang separuh paru-ku
hanya terdengar desah debar napas semu
kala menikmati aroma kerinduan
merebahku dalam rakaat diam
dan cinta, lukisku di keharuan pena tak berkalam
Â
Wahai rembulan sabit
tlah kutelan aroma mawar berkarat pahit
pada kemesraan dilema
menunduk pasrah
menyesap segala resah
tersenyum untuk terus melangkah
di malam tanpa cahaya
menapaki sisa-sisa perjalanan usia
Â
Masih ku-imani takdir kemenangan sunyi
khidmat mengilhami keluruhan hati
dari selembar peta cinta
tersirat ketakjuban garis-garis enigma
memasung paradigma
hingga titik-titik syaraf nalarku melemah
darah-darah syairku mengalir di kertas bera setanah
Â
Biarlah kedua mataku tetap melukis cinta
dengan tanpa warna sukacita
tanpa sentuhan sejuk udara
sepertiku didekap kabut malam
terjerat hasrat rindu terdalam
hingga waktu menemu dunia tlah terbenam
rahsa napasku pena tak berkalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H