Tanpa pikir panjang, mereka menyerang kelimanya dengan batu, kayu, dan bahkan dengan air comberan. Pokoknya terjadi huru-hara yang tak terkendali. Padahal tidak diawali dengan pertengkaran antara mereka melawan kelima pemuda itu. Kelima pemuda itu memang bingung. Mengapa mereka diserang? Tapi tak sempat bisa bertanya lagi. Gerakan massa yang begitu besar tak mungkin bisa dikendalikan lagi. Mereka berusaha lari menyelamatkan diri tapi tetap dikejar. Membabi buta!
Aneh, memang! Entah roh jahat apa yang rasuki massa sore itu. Yang mereka teriakkan hanya:
"Pajak tidak boleh dinaikkan! Dan ... subsidi-subsidi harus tetap ada!"
Ternyata ada beberapa "petugas" berseragam hitam-hitam yang telah menghipnotis kumpulan massa itu. Mereka menyuntikkan informasi bahwa pajak akan dinaikkan dan subsidi akan dihilangkan untuk mengumpulkan dana bagi program makan siang gratis dan susu gratis. Tambahan pula, di dalam gerombolan itu ternyata ada orang-orang yang sudah lama  mengincar Mar dan Doni. Mereka tidak suka karena keduanya mendukung paslon nomor 2 sampai membuat paslon nomor 1 dan 3 kalah suara.
Ada juga yang isukan keduanya bagi-bagi uang. Tanpa diketahui gerombolan itu, di antara kelima pemuda itu, ada semua paslon. Kensi dan Ommy pendukung paslon nomor 3, Mar dan Doni pendukung paslon nomor 2; sedangkan Tapian pendukung paslon nomor 1. Kelimanya memang berdebat namun hanya sebatas debat. Tidak sampai adu fisik. Yang aneh, ... justru gerombolan itu. Tanpa ba, bi, bu, langsung menyerang.
Untung saja polisi yang menjaga tiap-tiap TPS itu amat sigap. Huru-hara tak berlangsung lama. Dan petugas dari Polres pun sudah berada di lokasi keributan itu, melanjutkan penanganan masalah itu. Sementara polisi-polisi petugas TPS segera kembali ke tempat tugas masing-masing. Sebagian penyerang sempat dimasukkan ke dalam sel tahanan. Menghindari bentrok fisik yang bisa saja sulit dikendalikan karena saking besarnya jumlah massa.
*****
Setelah diinterogasi secara lengkap barulah diketahui bahwa mereka semua salah paham saja. Belum mengecek baik-baik, sudah ambil tindakan. Apalagi mereka semuanya rata-rata sedang keletihan. Beberapa hari ini mereka kurang tidur. Sibuk ke sana dan kemari, menemui orang-orang, menggalang dukungan untuk urusan pemilu ini. Dengan stamina yang buruk, mereka mudah tersulut emosi.
Di salah satu pojok aula kantor polisi itu, kelima pemuda itu terlihat berdiskusi serius. Meski sempat cedera karena serangan tadi, mereka masih juga sempatkan diri untuk membincangkan nasib rakyat, sesama mereka yang setelah pemilu ini kembali menggeluti pekerjaan masing-masing. Bekerja membanting tulang untuk sesuap nasi. Untunglah kalau di beri makan siang gratis, juga susu gratis untuk anak-anak. Juga makanan bergizi untuk ibu hamil. Tapi berbagai kebutuhan lain, tetap menjadi tanggungjawab masing-masing warganegara.
"Ternyata kita ini perjuangkan kepentingan yang sama, ... agar rakyat tidak dirugikan oleh kebijakan pemerintah", kata Kensi lirih.
" Iya, ... sebenarnya program makan siang dan susu gratis itu juga untuk bantu rakyat. Hanya saja kita butuh penjelasan. Darimana anggarannya?! Kita takutkan pajak-pajak naik dan subsidi-subsidi dihilangkan hanya untuk himpun dana bagi program gratis-gratis itu", sambung Tapian.