Namun, ketergantungan tes cermin pada pemrosesan visual telah membuat beberapa peneliti mempertanyakan apakah tes ini sepenuhnya menangkap kesadaran diri pada spesies non-visual. Ada seruan yang semakin meningkat untuk mengembangkan tes baru yang disesuaikan dengan spesialisasi sensorik dan kognitif unik setiap spesies untuk lebih menyelidiki batas-batas kesadaran hewan. Misalnya, tes "cermin olfaktori" menggunakan modifikasi bau dapat memberikan wawasan tentang pengenalan diri pada hewan yang berorientasi pada penciuman seperti anjing. Pola vokal, rutinitas perilaku, atau bahkan tanda-tanda neural dapat mengungkapkan kesadaran diri dalam modalitas yang tidak dapat diakses oleh manusia. Seiring pemahaman kita semakin dalam, toolkit yang beragam yang mencakup penilaian multi-modal kemungkinan akan diperlukan untuk memetakan distribusi filogenetik dan ekspresi beragam kesadaran diri di berbagai taksa.
Pada akhirnya, tes cermin membuka jendela penting ke dalam pengalaman subjektif spesies lain. Namun, keterbatasannya menyoroti kebutuhan mendesak akan metode inovatif yang sesuai dengan spesies untuk terus mengungkap misteri kesadaran dan kognisi non-manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H