Mohon tunggu...
Kang Mizan
Kang Mizan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I. email: kangmizan53@gmail.com

Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Donald Trump Melecehkan Profesor Ekonomi Amerika Serikat

28 Februari 2020   21:53 Diperbarui: 29 Februari 2020   12:11 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Intuisi penulis mengatakan surplus perdagangan tersebut masih tetap berlanjut karena komponen ekspor Indonesia sebagian besar merupakan produk primer (primary products). Ini mencakup seperti karet, kopi, lada,kopra, minyak dan gas, serta hasil tambang seperti batu bara, tembaga dan emas.

Barang-barang ini tidak mungkin dikenakan tarif bea masuk tinggi oleh Amerika Serikat. Barang-barang ini dibutuhkan untuk produksi barang-barang industri mereka dan oleh karena itu bukan merupakan pesaing produksi dalam negeri mereka.

Indonesia Sebaiknya Keluar dari WTO

Sebagian pertimbangan keikutsertaan Indonesia pada organisasi dagang dunia ini adalah mendapatkan fasilitas tarif bea masuk murah untuk barang-barang ekspor Indonesia ke negara-negara maju termasuk ke Amerika Serikat. Sekarang fasilitas itu hampir pasti akan dihapus. 

Dengan demikian WTO sudah tidak bermanfaat lagi bagi Indonesia. Lebih miris lagi, beberapa komoditas pertanian indonesia seperti kelapa sawit (minyak kelapa sawit) di boikot dan/atau dikenakan tarif bea masuk super tinggi di negara-negara Eropa.

WTO sekarang bukan lagi aset bagi Indonesia tetapi sudah menjadi beban. Indonesia perlu membayar membership fees ke WTO dalam jumlah ratusan miliar rupiah setiap tahunnya. Indonesia juga masih perlu mengeluarkan uang dalam jumlah miliaran rupiah setiap bulan untuk membayar gaji dan remunerasi staf-staf perwakilan Indonesia di sana dan berbagai kegiatan dengan WTO.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun