Intuisi penulis mengatakan surplus perdagangan tersebut masih tetap berlanjut karena komponen ekspor Indonesia sebagian besar merupakan produk primer (primary products). Ini mencakup seperti karet, kopi, lada,kopra, minyak dan gas, serta hasil tambang seperti batu bara, tembaga dan emas.
Barang-barang ini tidak mungkin dikenakan tarif bea masuk tinggi oleh Amerika Serikat. Barang-barang ini dibutuhkan untuk produksi barang-barang industri mereka dan oleh karena itu bukan merupakan pesaing produksi dalam negeri mereka.
Indonesia Sebaiknya Keluar dari WTO
Sebagian pertimbangan keikutsertaan Indonesia pada organisasi dagang dunia ini adalah mendapatkan fasilitas tarif bea masuk murah untuk barang-barang ekspor Indonesia ke negara-negara maju termasuk ke Amerika Serikat. Sekarang fasilitas itu hampir pasti akan dihapus.Â
Dengan demikian WTO sudah tidak bermanfaat lagi bagi Indonesia. Lebih miris lagi, beberapa komoditas pertanian indonesia seperti kelapa sawit (minyak kelapa sawit) di boikot dan/atau dikenakan tarif bea masuk super tinggi di negara-negara Eropa.
WTO sekarang bukan lagi aset bagi Indonesia tetapi sudah menjadi beban. Indonesia perlu membayar membership fees ke WTO dalam jumlah ratusan miliar rupiah setiap tahunnya. Indonesia juga masih perlu mengeluarkan uang dalam jumlah miliaran rupiah setiap bulan untuk membayar gaji dan remunerasi staf-staf perwakilan Indonesia di sana dan berbagai kegiatan dengan WTO.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H