Mohon tunggu...
Almira Adinda Bariansyah
Almira Adinda Bariansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya seorang mahasisiwi di bidang pendidikan yang suka di bidang kesenian seperti menari di sela kesibukan saya sangat suka menulis dan membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Guru

3 Desember 2024   15:00 Diperbarui: 3 Desember 2024   23:01 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Guru

Gaya kepemimpinan merupakan faktor penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi para guru. Dalam konteks pendidikan, kepuasan kerja guru berperan besar dalam menentukan kualitas pembelajaran dan kinerja mereka di sekolah. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja guru, dengan mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi keduanya.

1. Konsep Gaya Kepemimpinan 

a. Definisi Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah cara pemimpin memotivasi, mengarahkan, dan menginspirasi tim untuk mencapai tujuan bersama. Setiap gaya mencerminkan karakter, keterampilan, dan pemahaman pemimpin terhadap lingkungan kerja, yang membentuk budaya organisasi. Pemimpin yang efektif menyesuaikan gaya mereka dengan kebutuhan situasi dan tim.[1] Di era milenial, pemimpin harus memahami pola komunikasi digital generasi muda untuk menciptakan pengalaman kerja yang mendukung pertumbuhan dan produktivitas. Gaya ini berbeda dari pendekatan konvensional, menyesuaikan dengan dinamika teknologi dan kebutuhan tim modern.[2]

b. Faktor-faktor Gaya Kepemimpinan

1. Budaya Organisasi: Budaya organisasi merupakan nilai-nilai, norma, dan kebiasaan yang berlaku di sekolah. Lingkungan kerja yang kondusif dapat mendorong pemimpin untuk mengadopsi gaya kepemimpinan partisipatif, seperti gaya demokratik. Sebaliknya, lingkungan yang penuh tekanan atau birokrasi dapat memaksa pemimpin menggunakan gaya yang lebih otoriter. Budaya yang mendukung kolaborasi dan inovasi sering kali memengaruhi pemimpin untuk menjadi lebih transformasional.

2. Keterampilan Kepemimpinan: Keterampilan teknis, interpersonal, dan konseptual dari seorang pemimpin menjadi dasar dalam memilih gaya kepemimpinan. Pemimpin yang terampil dalam komunikasi cenderung lebih efektif dalam menerapkan gaya demokratik atau transformasional. Penelitian menunjukkan bahwa pemimpin yang kurang terampil lebih mungkin mengandalkan gaya otokratis karena mereka merasa lebih nyaman dengan kontrol penuh.

3. Gaya Pengikut (Followership Style): Karakteristik bawahan juga memengaruhi gaya kepemimpinan. Guru yang proaktif dan mandiri memungkinkan pemimpin untuk mengadopsi gaya laissez-faire, di mana otonomi lebih besar diberikan. Sebaliknya, bawahan yang membutuhkan bimbingan lebih banyak akan mendorong pemimpin untuk menggunakan gaya direktif atau transaksional.[3]

4. Karakteristik Pribadi Pemimpin: Kepribadian dan latar belakang pemimpin, termasuk tingkat pendidikan, pengalaman, dan nilai-nilai pribadi, sangat menentukan gaya kepemimpinan yang mereka terapkan. Pemimpin dengan latar belakang akademik kuat dan pengalaman luas cenderung lebih fleksibel dan terbuka terhadap pendekatan inovatif seperti gaya transformasional atau visioner.

5. Situasi dan Kondisi Lingkungan: Situasi tertentu, seperti konflik internal, krisis, atau perubahan kebijakan pendidikan, dapat memengaruhi gaya kepemimpinan. Misalnya, dalam situasi krisis, pemimpin mungkin lebih memilih gaya otoriter untuk memberikan keputusan cepat. Di sisi lain, kondisi yang stabil mendorong penerapan gaya yang lebih partisipatif atau laissez-faire.[4]

2. Kepuasan kerja guru

a. Definisi Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah perasaan positif seorang guru terhadap pekerjaannya, yang tercermin dalam kinerja dan pengembangan diri. Guru yang puas lebih produktif, memiliki hubungan baik dengan siswa dan rekan kerja, serta loyal terhadap sekolah.[5] Hal ini berdampak positif pada kualitas pendidikan dan menciptakan suasana belajar yang kondusif. Sebaliknya, guru yang tidak puas cenderung kurang bersemangat dan negatif terhadap pekerjaannya.[6] 

b. Faktor-faktor Mempengaruhi Kepuasan Kerja Guru

1. Lingkungan Kerja: Lingkungan kerja fisik dan non-fisik memiliki peran penting. Faktor seperti fasilitas sekolah yang memadai, hubungan kerja yang baik antara guru, staf, dan pimpinan, serta kebijakan yang mendukung keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi memengaruhi kepuasan guru. Guru yang merasa aman, nyaman, dan didukung dalam pekerjaannya cenderung lebih puas.

2. Isi Pekerjaan: Kepuasan guru terkait dengan beban kerja yang sesuai dengan kualifikasi mereka dan peluang untuk berinovasi dalam pengajaran. Otonomi kerja dan kejelasan peran juga memainkan peran penting. Guru yang merasa peran mereka jelas dan memiliki kebebasan dalam menjalankan tugasnya biasanya lebih puas dengan pekerjaannya.

3. Motivasi: Guru yang didukung secara profesional dan mendapat pengakuan atas kinerjanya cenderung lebih termotivasi. Motivasi intrinsik meningkat ketika guru merasa pekerjaannya sejalan dengan nilai pribadi mereka dan diberi peluang untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan di sekolah.

4. Kompensasi: Gaji yang adil, tunjangan yang memadai, dan program insentif memengaruhi tingkat kepuasan guru. Sistem kompensasi yang transparan dan fasilitas pendukung, seperti ruang kelas nyaman dan sarana teknologi, memberikan dampak positif.

5. Promosi: Peluang promosi yang jelas, adil, dan transparan meningkatkan kepuasan kerja. Guru yang merasa jalur karirnya terarah dan diakui kontribusinya dalam pengembangan sekolah cenderung lebih puas.[7]

3. Gaya Kepemimpinan Yang Dapat Mempengaruhi Kepuasan Kerja Guru

Hubungan antara gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja guru sangat penting, karena gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin dapat memengaruhi motivasi, kenyamanan, dan semangat kerja guru. Berikut adalah penjelasan hubungan tersebut berdasarkan gaya kepemimpinan tertentu:

  • Kepemimpinan Laissez-faire: Sikap pemimpin yang membiarkan bawahan bekerja secara mandiri tanpa banyak campur tangan. Pemimpin jarang mengambil inisiatif dan memberikan tanggung jawab penuh kepada tim untuk mengelola tugas mereka. Dalam peran ini, pemimpin lebih bersifat sebagai simbol organisasi dan hanya bertindak jika diperlukan, sementara bawahan memiliki kebebasan penuh untuk membuat keputusan dan melaksanakan tugas sesuai dengan cara mereka sendiri. Gaya ini menunjukkan minimnya arahan dan keterlibatan langsung dari pemimpin.
  • Kepemimpinan otokratis: Pemimpin sepenuhnya mengendalikan pengambilan keputusan dan perencanaan tanpa melibatkan tim. Pemimpin menetapkan aturan, kebijakan, dan tugas yang harus diikuti oleh bawahan. Dalam gaya ini, bawahan diharapkan mematuhi perintah tanpa diskusi atau masukan. Pemimpin memegang kendali penuh atas aktivitas tim, dan gaya ini menekankan kekuatan serta kontrol mutlak dalam menjalankan tugas.[8]
  • Kepemimpinan demokratis: Pemimpin sering mengadakan diskusi dengan anggota tim untuk menyusun rencana kerja dan kebijakan. Mereka bersikap terbuka, mendorong bawahan untuk menyampaikan ide dan pendapat, serta berusaha meningkatkan produktivitas. Dalam gaya ini, pemimpin melibatkan tim dalam pelaksanaan tugas dan pengambilan keputusan, sehingga tercipta komunikasi dua arah yang berjalan lancar antara pemimpin dan bawahan.[9]
  • Kepemimpinan Transformasional: Menekankan inspirasi, motivasi, dan pengembangan individu. Pemimpin yang membantu guru mencapai potensi maksimalnya akan meningkatkan rasa puas mereka terhadap pekerjaan. Studi menemukan bahwa kepemimpinan transformasional mampu menciptakan suasana kerja yang mendukung, sehingga memacu semangat guru untuk berkinerja lebih baik.[10]

 

Sehingga hubungan antara gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja guru sangat erat. Gaya kepemimpinan yang mendukung, seperti transformasional dan demokratis, berkontribusi secara signifikan terhadap peningkatan kepuasan kerja guru. Oleh karena itu, kepala sekolah yang ingin meningkatkan kinerja dan motivasi guru harus memahami pentingnya mengadaptasi gaya kepemimpinan mereka sesuai dengan kebutuhan organisasi dan individu. Sebaliknya, gaya otoriter atau laissez-faire yang kurang sesuai dengan situasi dapat berdampak negatif.

 

Daftar Pustaka

 

Lismeida, Rinra Ayu, dan Rini Intansari Meilani. "KEPUASAN KERJA DAN KINERJA GURU: SEBUAH STUDI TERHADAP PARA GURU SMK TERSERTIFIKASI DI INDONESIA." Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran 2, no. 1 (1 Januari 2017): 289. https://doi.org/10.17509/jpm.v2i1.14612.

Muntatsiroh, Addurorul, dan Suswati Hendriani. "TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN DAN TEORI KEPEMIMPINAN DALAM SUATU ORGANISASI." Jurnal Economic Edu 4, no. 2 (2 Februari 2024): 172--78. https://doi.org/10.36085/jee.v4i2.5917.

Peramesti, Ni Putu Depi Yulia, dan Dedi Kusmana. "KEPEMIMPINAN IDEAL PADA ERA GENERASI MILENIAL." TRANSFORMASI: Jurnal Manajemen Pemerintahan, 14 Maret 2018, 73--84. https://doi.org/10.33701/jt.v10i1.413.

Ramadhanti, Ileena, dan Sofyan Iskandar. "TEORI DAN JENIS GAYA KEPEMIMPINAN." Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar 8, no. 3 (2 November 2023): 375--84. https://doi.org/10.23969/jp.v8i3.8434.

Samto Hadi Isnanto. "GAYA KEPEMIMPINAN DAN KINERJA KARYAWAN." Management and Entrepreneurship Journal 5 (Maret 2022).

Sari, Nanda. "PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PADA SEKOLAH DASAR SWASTA" 8, no. 1 (2021).

Sari, Ria, Ahmad Fauzan, dan Fisman Bedi. "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Guru." Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 10, no. 18 (30 September 2024): 866--76. https://doi.org/10.5281/zenodo.13983581.

Suryadi, Suryadi, Bujang Rahman, dan Hasan Hariri. "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempenngaruhi Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Berintegritas Di Provinsi Lampung." JURNAL MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN 6, no. 1 (5 September 2018). https://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JMMP/article/view/16584.

Waedoloh, Husen, Hieronymus Purwanta, dan Suryo Ediyono. "Gaya Kepemimpinan dan Karekteristik Pemimpin yang Efektif." Social, Humanities, and Educational Studies (SHEs): Conference Series 5, no. 1 (3 Januari 2022): 144. https://doi.org/10.20961/shes.v5i1.57783.

Penulis:

  • Dra. Ilun Muallifah, M.Pd. (Dosen Pengampu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Sunan Ampel Surabaya)
  • Almira Adinda Bariansyah, Ananda Cahya Permana, Laila Mar'atus Sholihah, Nidaus Sa'diyah, Wahyu Sekti Maulidya (Mahasiswa S-1 semester 5 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Sunan Ampel Surabaya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun