Suatu hari disebuah sudut desa kecil yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan, tumbuhlah seorang anak bernama Raya, ia tumbuh dan hidup dengan keluarga kecilnya, ia juga sering dipanggil dengan teman sebayanya dengan sebutan " ucil ". mungkin karena tubuhnya yang kurus dan kecil, makanya ia sering dipanggil oleh teman sebayanya dengan sebutan itu. Namun, walaupun ia kerap dipanggil dengan sebutan " ucil " akan tetapi semangat dia dalam belajar dan membaca tidak sebanding dengan sebutan yang ia terima. Semangatnya dan kegigihannya yang keras dan kuat untuk belajar dan membaca membuat ia menjadi anak yang tumbuh dengan optimisme tinggi untuk membangun dan memberikan dampak positif terhadap anak-anak lainnya di desanya.
Raya terlahir dari keluarga kecil, ayahnya telah meninggal semasa raya berumur belum genap satu tahun akibat kecelakaan yang menimpanya, raya hidup dengan ibunya yang berjuang keras demi menghidupi anak-anaknya agar tak kekurangan satupun dari kewajiban yang harus anak- anaknya terima. Raya terlahir sebagai anak yang sedikit berbeda dengan khalayak teman-teman sebayanya, ia tumbuh sebagai anak yang cerdas dan pintar, minatnya dalam membacalah yang mengantarkan ia dalam mengetahui pengetahuan yang lebih luas.
Akan tetapi, sungguh amat disayangkangkan, minat membaca dari seorang raya tidak mampu diimbangi dengan fasilitas perpustakaan yang cukup di desanya. Alih-alih membangun perpustakaan, pihak perangkat desa lebih memilih membangun bangunan lain yang dirasa nihil dampak positif terhadap perkembangan anak-anak di desa. Namun dengan begitu raya tidak tinggal diam dan patah semangat, ia tetap bersemangat untuk menyalurkan minat bacanya, dengan ikut sang paman yang tiap seminggu sekali berangkat ke kota untuk berbelanja kebutuhan warungnya, raya pun ikut turut sang paman untuk membantu berbelanja kebutuhan warungnya, dengan dalih agar sang paman bersedia untuk mengantarnya ke perpustakaan kota, dan biasanya raya meminjam buku di perpustakaan itu, dan mengembalikannya seminggu kemudian dan itu berulang-ulang hingga saat ini setiap minggunya.
Hingga suatu hari ketika saat raya sedang membaca buku di depan teras rumahnya, datang seorang anak muda dengan badan tinggi semampai menhampirinya, dan ternyata dia seorang mahasiswa yang sedang melaksanakan KKN di desa raya. Mahasiswa itupun bertanya kepada raya " kamu suka membaca buku ? " tanyanya. Raya pun menjawab dengan tegas " iya kak, membaca bagian dari hidupku " lantas seorang mahasiswa itu bertanya kepada raya dari mana ia mendapatkan buku-buku itu untuk dia baca tiap harinya, raya pun akhirnya mejelaskan bagaimana ia mendapatkan buku-buku kepada mahasiswa akhir itu, sontak si mahasiswa pun tertegun dan kaget bagaimana bisa seorang anak kecil seumur raya sudah berusaha tanpa patah semangat untuk tidak mengurungkan niatnya dalam membaca buku-buku. Dengan yakin dan penuh semangat mahasiswa tersebut berusaha untuk mewujudkan mimpi raya untuk bisa membangun perpustakaan kecil di desanya, agar minat baca anak-anak di desa dapat tersalurkan dengan baik.
Satu tahun berlalu akhirnya mahasiswa itu pun kembali dengan dana proposal yang ia telah kumpulkan untuk membangun perpustakaan di desa, tidak seorang diri saja ia juga bersama dengan rekan se-mahasiswanya membantu untuk menyediakan buku-buku dan membantu anak- anak desa dalam membaca dan menulis. Akhirnya perpustakaan itupun sudah jadi dan kini menjadi kiblat literasi di desa, mengenalkan anak-anak desa tentang membaca, menulis dan ceria dengan literasi.
5 tahun berlalu, kala raya sudah menginjak usia remaja. Di desa tempat raya tinggal, internet dan segala fasilitasnya belum ada dan terpenuhi, warga desa hanya mengandalkan surat kabar untuk tahu kondisi dan berita diluar sana. Namun dengan begitu keharmonisan dan kebahagiaan terlihat jelas dan nampak diwajah mereka. Tanpa adanya sosial media, game online dan lain-lain yang sering kita jumpai di kota-kota, berbanding terbalik dengan apa yang ada di desa, toh mereka pun ada yang tidak tahu dengan apa itu handphone dan bagaimana cara menggunakannya.
Namun dengan seiring berjalannya waktu, dan program pemerintah dalam perluasan dan pemerataan internet dan teknologi untuk wilayah-wilayah terpencil, terluar dan terdalam, pada tahun ini akhirnya internet dan teknologi pun menghiasi pedesaan yang tadinya asing dari internet, teknologi dan semacamnya. Dengan tersedianya jaringan internet, memudahkan masyarakat desa dalam mengakses informasi dan kabar diluar sana, tanpa harus melihat surat kabar, dan dengan adanya internet dan teknologi yang hadir di desa, juga mampu menjadi latihan bagi masyarakat dan anak-anak untuk mengembangkan skill mereka didalam dunia literasi dan semacamnya.
Dengan hadirnya jaringan internet dan teknologi yang sekarang sekarang sudah tersedia di desa, mampu memberikan dampak positif untuk masyarakat dan anak-anak di desa. contohnya raya, dengan teknologi itu ia sekarang mulai merambah ke dalam dunia literasi yang lebih dalam yaitu menulis. Ia kini memanfaatkan teknologi dan jaringan itu untuk menulis di blog yang telah ia buat, dari blog itu ia bercerita dan berkisah didalam tulisannya tentang pengalaman dan kehidupan anak-anak di desa tanpa tahu hiruk pikuk kota, juga bagaimana anak-anak di desa mampu belajar dan membaca tanpa harus adanya internet dan nteknologi yang memadai.
Reaksi positif pun datang dari berbagai penjuru indonesia, ternyata dengan tulisannya itu, banyak orang-orang yang terinspirasi dan terpicut semangatnya, hanya dengan tulisan yang ia buat di laman blognya, lantas semangat raya pun makin kuat dan gigih untuk makin sering menulis guna mengisi laman blognya dengan berbagai tulisan yang ia buat, dari cerpen, puisi, maupun kisah inspiratif tentang anak desa yang tidak patah semangan di karenakan kondisi. Dengan adanya reaksi positif itu mendorong raya untuk terus berkarya dan giat lagi dalam membaca dan menulis.
Namun dengan begitu perjalannya raya tidak semulus seperti yang ia kira, hadir banyak kritikan dari pembaca dan kesulitan yang ia alami semasa menulis. Karena pembaca di laman blognya adalah khalayak luas, menjadikan bermacam-macam reaksi orang atas tulisan yang raya buat di laman blognya, dari tidak sepemandangan dengan raya dan banyak juga kritikan tentang gaya penulisan yang masih jadul dan lain-lainnya.
Raya tidak berhenti atas kritikan dan kesulitan semasa ia menulis, justru itu menjadi refleksi bagi raya dalam menulis dan mengintropeksi diri dalam pengembang tulisan. Karena sejatinya kritikan itu sebagai penyeimbang agar kita tidak berpuas diri lalu berjalan di tempat tanpa harus tetap berjalan kedepan. Dengan begitu raya untuk terus mengembangkan diri dengan terus belajar dan menggali skillnya yang masih terpendam di dalam dirinya, hingga ia tepikan kritikan-kritkan itu menjadi semangat berapi-api yang tak pernah padam.
Hingga sampai suatu ketika datang sebuah pucuk surat dari kota, ternyata surat itu berasal dari penerbit ternama, yang mana penerbit tersebut tertarik terhadap tulisan-tulisan raya dan ingin menjadikan tulisan raya menjadi sebuah buku. Raya pun terdiam serta kebingungan, bagaimana bisa seorang anak yang tinggal desa dengan keluarga kecilnya bisa membuat buku dan ditawari oleh penerbit ternama, yang biasanya ia membaca buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit itu, kini ia akan menjadi salah satu penulis dari salah satu karyanya, suatu kebanggan bukan? tanyanya kepada dirirnya sendiri. Lantas raya pun mengiyakan tanpa perlu berpikir panjang ajakan penerbit itu, dengan haru dan bahagia ia menerima tawaran itu.
Satu bulan setelah penerbitan buku raya yang berjudul " Melawan Ketidakmungkinan ", ternyata antusias dari pembaca membludak dan bukunya pun menjadi best seller di bulan itu juga, belum juga genap seminggu bukunya pun sudah terjual habis di gramedia. Raya hanya bisa terdiam dan kaget menyaksikan buku-bukunya diterima hebat di kalanganan masyarakat sampai terjual habis, bagaimana bisa anak desa seperti raya yang terbatasi dengan segala fasilitas tapi mampu untuk berjuang dan berusaha dalam menggapai mimpinya.
Dengan diterimanya buku-buku karya raya di khalayak masyarakat, juga memberikan dampak positif kepada masyarakat banyak, karena dengan begitu karyanya mampu membangkitkan semangat anak-anak milenial untuk tetap berkarya meskipun terbatasi dengan fasilitas dan keadaan. Serta juga memberikan perubahan positif dalam membangun minat baca anak-anak sekarang yang mungkin kini sudah mulai punah dikarenakan mulai tersisih oleh handphone dan sosial media didalamnya. Juga turut memberikan inspirasi kepada anak-anak diluar sana untuk mengejar literasi dan terus berkarya.
Perjalanan raya mengajarkan kita begitu banyak hal tentang sebuah perjuangan dan pengorbanan, tidak ada perjuangan dan pengorbanan yang sia-sia, semua akan berhasil bila kita benar-benar gigih dan berjuang atas apa yang telah kita perjuangkan dan kita korbankan. Dari kisah raya kita bisa renungkan bahwasanya dari literasi adalah kunci untuk berkarya dan berkembang, terlepas dari zaman yang terus berubah. Tetapi literasi mampu mengantarkan kita untuk mengetahui dunia luas dan juga untuk dunia luas mengetahui kita, terbukti dari kisah perjalanan seorang raya, yang mana ia dikenal seluruh penjuru negeri karena karya literasinya yang memberikan dampak positif bagi pembacanya.
Berharap agar raya terus menghidupi literasi dengan karya-karyanya, dan memberikan dampak positif yang lebih luas kepada masyarakat, karena sejatinya literasi tidak akan mati apabila ia ditemukan oleh penikmatnya, dan raya adalah salah satu penikmatnya. Kini raya pun telah membuat sebuah komunitas taman baca di desanya, untuk memberikan fasilitas kepada anak- anak di desa atas minat mereka terhadap literasi, semoga dapat membangkitkan minat baca dan literasi anak-anak yang lain dan mungkin akan terlahir raya-raya yang lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H