Mohon tunggu...
Alma Khairunnisa
Alma Khairunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai Sobels! alias Sobat El, aku adalah seorang mahasiswa yang suka menulis dengan tujuan menumpahkan segala isi pikiran baik yang nyata, khayalan ataupun tidak nyata, dalam halaman ini kalian akan menemukan berbagai konten menulis yang aku buat dimana mungkin sesekali aku dapat menayangkan artikel, puisi, cerpen dan masih banyak lagi karya tulisan-ku yang lainnya, ditunggu ya untuk karya selanjutnya! Stay tuned terus ya Sobels

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dialog Jamu dan Romansanya

23 Oktober 2023   22:35 Diperbarui: 23 Oktober 2023   23:16 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Mobil-ku banyak harta berlimpah, orang memanggilku bos eksekutif, tokoh papan atas, atas segalanya, Asyik!”

Lagu Bento yang dipopulerkan oleh Iwan Fals itu terdengar semakin keras dengan sumber bunyi yang terus menerus menyatu dengan suasana yang membuatku menikmati perjalanan ini, membuat mataku mulai terbuka secara perlahan yang disebabkan getaran dari laju kereta yang semakin lama semakin kencang di tengah perjalanan yang sedang ku tempuh. Dipersembahkan hanya untukku, Atmariani Putri Basagita, perempuan berusia 22 tahun yang berasal dari Bandung, dan panggil saja aku Atma. 

Perempuan dengan rambut pendek sepundak, memiliki mata yang berwarna coklat muda, postur tubuh yang mungil dan warna kulit kuning langsat. Menurut Ayah dan Ibu arti dari namaku adalah perempuan yang selalu ceria dan sopan. Berdoa semoga arti namanya terwujud pada kenyataannya. Aamiin ya? Aamiin.

 Ini adalah hari ke 2 aku menetap di salah satu kota yang familiar dengan sapaan “Kota Pelajar” Ya! Daerah Istimewa Yogyakarta! dalam rangka menjalankan project kerjaan yang ku miliki untuk mencari beberapa referensi konten, juga sekaligus healing biar ga pusing katanya, hahahaha. Iya, aku adalah salah satu staff di perusahaan start up terkenal dalam bidang perjalanan yang berhubungan dengan wisata dan menduduki posisi di bagian team content & creative. Aku senang sekali menulis dan traveling, dan kini aku bisa kerja dengan senang tanpa membuat kepala pening bersama dengan kedua hobiku, jadi bagaimanapun lelahnya tapi tetap menyenangkan bukan?

Project yang biasa ku selesaikan adalah membuat konten yang meliputi wisata tentang keindahan di setiap sudut kota yang ada di Pulau Jawa ini, mataku tak pernah berhenti terbelalak melihat semua keindahan yang ada di Pulau Jawa, dan kini, saatnya giliranku untuk mengalami masa pendekatan kembali bersama Jogja!

Dengan pergi sendirian bermodalkan nekat dan pengalaman, aku memberanikan diri untuk mencoba menyatu lebih dekat lagi dengan Jogja. Seperti biasanya, aku selalu memilih tempat penginapan yang tidak jauh dari Malioboro.

˚ʚ♡ɞ˚

Mataku tertuju pada seorang penjual jamu yang menggunakan kebaya model kutu baru berwarna pink, bercorak bunga-bunga yang sedang berkeliling di antara kerumunan orang-orang yang berlalu lalang di sepanjang jalan Malioboro, Iya! Mbok Lasmi! Seorang penjual jamu langgananku di Jogja yang ku temui 2 tahun lalu ketika aku mendatangi Jogja hanya untuk menghadiri acara wisuda temanku.

“Mbok Lasmi!!! Masih inget aku ngga?” Teriakku seperti anak yang merindukan ibunya yang sudah tidak berjumpa dalam waktu yang lama.

“Aduh, bikin kaget aja sampeyan ini! Bentar-bentar, sampeyan siapa ya mba?” Kata Mbok Lasmi sambil mengerutkan keningnya dengan menatapku secara hati-hati dari atas hingga bawah.

“Aku Atmariani Mbok, Inget julukan “Gadis Sunda Kencur” ngga yang Mbok kasih ke aku? Hayo masa lupa sama aku”

“Oalah kamu toh Nduk?! Ndukel yang biasa pesen jamu di depan penginapan perempatan itu? Pangling aku, makin ayu aja toh kamu Ma, Ma.” Kata Mbok Lasmi sambil memelukku. Ndukel itu adalah panggilan untukku juga dari Mbok Lasmi.

Aku membalas pelukan Mbok Lasmi dengan perasaan rindu, senang dan terharu yang bercampur aduk, terharu karena aku kembali bertemu Mbok Lasmi dalam keadaan yang tetap sehat, senang karena aku bisa meneguk kembali jamu “Beras Kencur” buatan Mbok Lasmi yang biasa ku pesan sedari dulu. Hahahaha. Iya, jamu beras kencur adalah jamu terenak menurutku dan persepsiku, kalau tidak setuju, marilah kita berdebat hanya untuk sementara. Mau?

“Beras Kencur satu ya Mbok” Kataku sambil mengacungkan jari telunjukku

“Iya Ndukel..” Mbok Lasmi sambil menuangkan racikannya ke dalam gelas kecil.

Disaat ku teguk dengan rasa nikmat, datanglah seorang lelaki tampan, memiliki kulit yang putih, rambut hitam pekat dan tebal menghampiri dagangan Mbok Lasmi.

“Mbok, boleh pesen Jamu Sinom satu?” kata lelaki itu.

Sambil aku meneguk jamu beras kencur punyaku, aku berpikir tiba-tiba, sepertinya dia bukan warga lokal disini karena dari logat, cara bicara dan dengan penampilan sambil membawa tas ransel besar, pikirku dia hampir sama sepertiku, iya mungkin seorang backpacker? Ah, pikiranku dengan secara acak menduga-duga kepada lelaki ini. Padahal hiraukan saja bukan?

Aku melanjutkan percakapanku dengan Mbok Lasmi di pinggiran Jalan Malioboro sambil bercerita bagaimana keseharianku selama di Bandung, dan apa saja kesibukanku. Lelaki ini secara berkala terus menerus menatap handphonenya. Tak lama dari situ, aku kembali memesan jamu beras kencur untukku minum kembali di penginapan.

“Sudah pasti ya Nduk kamu ini dari dulu pasti pesennya beras kencur terus, makannya si Mbok manggilnya “Gadis Sunda Kencur” karena ya kamu senengnya minum itu terus, gamau coba yang lain tah?” Kata Mbok Lasmi

“Ahahahah iya nih Mbok, menurut Atma, beras kencur udah pasti paling terbaik diantara jamu-jamu yang lain” sambilku tertawa

Di saat Mbok Lasmi sedang melayani penjual yang lain, tiba-tiba..

“Jamu Sinom gamau coba Mba?” Kata lelaki yang tadi memesan satu gelas jamu sinom

*Gleg* Hah? Ko dia tiba-tiba ikut masuk ke dalam percakapan aku dengan Mbok Lasmi? Padahal dia terlihat sangat sibuk dari tadi, apa jangan-jangan dia juga sebenarnya tadi ikut mendengarkan percakapanku dengan Mbok Lasmi secara diam-diam?

“Ngga mas, sukanya saya beras kencur” mencoba untuk membalas percakapannya dengan seadanya saja

“Kalau ga salah, tadi saya denger kamu dipanggil “Gadis Sunda Kencur” Ya? Asli Bandung?”

Apa aku bilang! Dia benar-benar mendengar percakapanku dengan Mbok Lasmi.

“Iya mas saya asli Bandung”

“Sama, saya juga asli Bandung Mba, eh maksudnya Teh” balasnya sambil berusaha membangun suasana bercanda di antara kami.

AH! Lelaki yang baru ku temui di dagangan Mbok Lasmi ini adalah laki-laki yang memiliki kota kelahiran yang sama dengan tempat kelahiranku, Kota Kembang. Dia terus menerus mencoba membangun percakapan diantara kami agar tidak berakhir. Tak lama dari situ Mbok Lasmi menyodorkan tumblr berisi jamu beras kencur yang baru tadi ku pesan dan kemudian aku membayarnya.

“Mbok, maturnuwun yaa, besok aku datang lagi kesini untuk minum jamu buatan Mbok yang paling enak hehehehe” sambilku memeluk Mbok Lasmi

“Nggih Ma, Hati-hati di jalan ya, besok jumpa lagi sama si Mbok, masih kangen loh aku”

Terjadilah gelak tawa antara aku dan Mbok Lasmi. Tak lama setelah aku pamit, karena lelaki tadi ternyata asik-asik saja untuk dijadikan teman mengobrol, berbincanglah kami di sepanjang jalan Malioboro.

“Lingga Danadyaksa” Namanya. Seorang laki-laki asal Bandung, berusia 23 tahun yang gemar sekali traveling, katanya dalam rangka mengambil cuti dari kantornya, ia memilih Yogyakarta sebagai kota pelabuhannya untuk mengobati sakit, sedih, pilu yang ia rasa dari sisi manapun. Tak disadari percakapan kami mengarah kepada “Jamu” kembali.

“Ngomong-ngomong soal jamu nih, kenapa suka beras kencur? Jamu sinom kenapa gamau coba?” Tanya Lingga

“Kamu mencoba kembali membujuk aku untuk mencoba jamu selain Beras Kencur ya? Maaf gaakan mempan Ga”

“Jamu itu ga semuanya pahit loh Ma, banyak ko jamu yang enak selain beras kencur, gimana kalau minggu depan nanti aku ajak kamu ke suatu desa yang terkenal dengan pembuatan jamu gendongnya?”

Menarik juga ucapku dalam hati, selain aku bisa bertemu kembali dengan Lingga, aku bisa menemukan referensi konten yang bisa ku jadikan sebuah bahan untuk kerjaanku nanti bukan?

“Boleh, biar nanti ku kabari kembali ya Ga.”

“Iya Ma”

Terpisahlah antara aku dan Lingga untuk kembali ke tempat penginapan kami masing-masing. Ternyata lokasi antara penginapanku dengan Lingga tidak terlalu jauh, hanya perlu menghabiskan waktu 5 menit untuk sampai ke tempat penginapannya.

 ˚ʚ♡ɞ˚

Hari-hari berikutnya aku dan Lingga tidak begitu intens untuk saling bertemu karena Lingga ada urusan pekerjaan sampingan yang harus ia kerjakan selama di Jogja. Dan yaa kami jadi merasa sangat dekat dengan satu sama lain, bagaimana tidak? kami selalu membuat janji untuk menemui satu sama lain di tiap jam 9 pagi untuk minum jamu bersama di tempat Mbok Lasmi berkeliling, sepanjang jalan Malioboro. Selain itu juga banyak kecocokan yang dapat menjadi bahan pembicaraan di antara kami. Dengan Lingga yang terus berupaya membujukku supaya aku mencoba jamu dengan racikan yang lain selain Beras Kencur . Terkadang setiap malampun Lingga mengajakku untuk berkeliling mencari gudeg, keliling alun-alun Jogja dan mencari kuliner lainnya.

Tibalah di hari Sabtu, Lingga menjemputku di depan penginapan menggunakan sepeda motor yang sudah ia sewa selama di Yogyakarta. Lingga mengajakku pergi untuk mengunjungi salah satu desa yang terkenal dengan pembuatan jamunya, Desa Wisata Rejowinangun, Yogyakarta. Membutuhkan waktu 15 menit dari tempat penginapanku untuk sampai kesana. Tibalah aku dan Lingga di Desa Rejowinangun, salah satu kampung yang terkenal dengan pembuatan jamunya.

“Mari kita berdebat secara sehat, akan kupastikan di hari ini, kamu akan meminum jamu selain beras kencur dan pada akhirnya kamu akan berpikir bahwa jamu yang lain juga enak.” gelitik Lingga sambil mencolek lenganku dengan nada sombongnya, seolah-olah dia akan menang.

“Liat aja yaa Lingga si manusia keras kepala, disini aku cuma mau liat dan belajar doang tentang pembuatannya!” Balasku kepada Lingga.

Kami mengikuti beberapa rangkaian pembuatan jamu di Desa Rejowinangun ini, dari mengenali bahan-bahan yang begitu banyak macamnya, pengolahannya hingga akhirnya aku disodori satu gelas jamu oleh Lingga.

“Ini coba minum dulu”

Entah karena aku sedang senang dan tidak dapat fokus, akhirnya aku meneguk jamu yang Lingga beri kepadaku, rasanya manis, asam dan juga segar tapi belum pernah ku coba sebelumnya.

“Ini rasa apa Ga? Ko enak juga ya ini” Tanya aku pada Lingga dengan terus mencoba mengecap lidah berkali-kali memastikan bahan apa saja yang baru aku minum

“Itu Jamu Kunyit Asam Namanya Ma. Enak juga kan? Apa aku bilang”

“Ohiya? Ko enak juga ya rasanya Ga? Bisa juga nih aku jadikan opsi kedua selain beras kencur hahahah” kataku sambil menepuk pundak Lingga.

“Yeee apa aku bilang Ma, dugaanku benar dan berhasil kan? mau coba yang lain ngga?”

Akhirnya Lingga menyodorkan beberapa gelas jamu yang meskipun rasanya asing di lidahku, tapi tetap memiliki rasa yang manis. Sampai akhirnya karena aku terlalu excited untuk mencoba satu persatu jamu itu, tibalah satu gelas jamu terakhir yang Lingga beri kepadaku sambil senyum-senyum. Entah karena dia senang melihat tebakannya benar atau senang karena aku kalah. Dan ternyata bukan keduanya.

“Lingga!!! Pait bangett, jamu apa iniii??” sambil mengernyitkan keningku kepada Lingga dengan sedikit rasa kesal.

“Hahahahahahahahah, itu jamu pahitan namanya Ma, dengan bahan utamanya Daun Sambiloto, tau?” Semakin terdengar gelak tawa Lingga yang semakin keras ketika melihat mukaku yang semakin merasa aneh dengan rasa pahitnya.

Menyebalkan, Lingga menyebalkan. Itulah yang menggambarkan suasana hatiku kepada Lingga. Tak lama setelah itu, kegiatan sudah selesai, dan kami memutuskan untuk pulang dengan melipir terlebih dahulu ke sebuah toko eskrim gelato terkenal di Yogyakarta yaitu “Tempo Gelato”. Lingga mengajakku ke toko eskrim sebagai permintaan maaf dan juga sebagai penawar rasa manis untuk lidahku yang baru saja ia buat bercandaan!

Sesampainya kami di toko eskrim, Lingga memesankan eskrim untukku dengan scoop pertama dibawah rasa choco mint dan scoop kedua dengan rasa chocolate untukku.

“Ini, eskrimnya neng, dimaafin ya? Maafin aku kebanyakan bercanda ya. Habisnya ngerjain kamu itu asik banget hahahah”

Masih sempat-sempatnya ia meminta maaf dengan dasar “ngerjain kamu itu asik banget”.  Aneh memang Lingga, tapi aku senang. Hehehe.

“Iya” kataku dengan berusaha untuk tidak tertawa supaya terkesan masih marah.

Akhirnya Lingga mengeluarkan secarik kertas catatannya untukku dengan tulisan :

“Filosofi Romansa Jamu”

  • Jamu Kunyit Asam “Memiliki arti dimana kehidupan manusia yang tidak selalu tergambar mulus dan baik, ada kalanya manis dan juga asam”
  • Jamu Pahitan “Kehidupan manusia yang dihadapkan dengan rasa pahit. Tapi dalam pahitnya cobaan, mungkin di berbagai sisinya Tuhan punya maksud tersendiri dengan rencana yang indah”
  • Jamu Beras Kencur “Jamu manis, tanpa ada komposisi yang membuatnya pahit, sama di saat aku menemui Atmariani Putri Basagita di Jalan Malioboro pertama kali, cantik dan unik. Komposisinya yang manis terdapat di jamu beras kencur dengan objek dan subjek yang keduanya sedang bekerja sama manisnya”

Lingga Danadyaksa!! Aku tersipu malu dibarengi hentakan terkejut di dalam hati karena di hari ini seorang Atmariani Putri Basagita, kembali merasakan senyum yang merekah karena jatuh cinta! Kamu gila Lingga! Kamu penuh dengan kejutan, tapi aku suka!

“Ahahaha so iya ya kamu Ga nulisnya” Kataku dengan mencoba untuk terlihat biasa saja di hadapan Lingga.

“Setelah ini semua berakhir di Yogyakarta, mari kita kembali pulang ke Bandung untuk saling menemui satu sama lain ya Ma? Boleh?” Lingga menyodorkan jari kelingkingnya ke hadapan mukaku.

Bisa-bisanya Lingga berperilaku seperti itu di hadapanku? Baik Lingga, jawabanku adalah “Iya boleh, mari saling menemui kembali di Bandung ya”

Hari itu pun menjadi hari yang dapat dipertanyakan tanggung jawabnya, karena ini seperti imajinasi atau skenario dalam pikiranku yang selalu aku inginkan sejak dulu untuk bisa kembali tumbuh jatuh cinta.

Lingga pulang terlebih dahulu ke Bandung karena masa cuti kerjanya sudah selesai. Tiga hari setelahnya aku kembali ke Bandung dan Lingga juga kembali menemuiku di Stasiun Bandung untuk menjemputku.

“Kembali juga aku menemui Gadis Sunda Kencur yang ku temui di Yogyakarta, kali ini ku temui di kota kelahirannya dimana ia didewasakan disini, Bandung.” Ucap Lingga dengan membuka rentangan tangannya untuk memelukku.

Sejak saat itu lah, “Jamu, Mbok Lasmi, dan Yogyakarta” menjadi bagian dari perjalananku menjalin hubungan kami. Aku Atmariani Putri Basagita dengan lelakiku “Lingga Danadyaksa” sampai akhirnya pada 4 tahun setelahnya kami tetap berperilaku sama dengan terus meminum jamu di teras rumah dengan manusia yang sama namun status yang berbeda, iya Aku dan Lingga sudah menikah di Bandung tepat 1 tahun setelah kami saling mengenal satu sama lain di Yogyakarta pada saat itu.

Jadi, Jamu itu minuman herbal atau Jalan Bertemu? Hahahaha

Terimakasih Jamu, dan Yogyakarta♡

˚ʚ♡ɞ˚

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun