"Oke, laksanakan!"
Mia pun segera berbaring dan memejamkan matanya seakan tertidur. Tak lama kemudian kilauan cahaya keluar dari tangan Ilona. Permata yang ada di mahkota Ilona pun ikut bersinar. Setelah mengucapkan mantra, Ilona mengarahkan kilauan cahaya itu ke arah dahi Mia.
"Terima kasih sudah menolongku, Mia. Sekarang nikmati hadiahmu. Aku pergi dulu, semoga kita bisa bertemu lagi suatu hari nanti." Cahaya pun meredup diikuti oleh menghilangnya Ilona. Menyisakan Mia yang kini tertidur dengan nyenyak.
Beberapa saat kemudian, Mia pun terbangun. Sambil mengucek pelan matanya, Mia memperhatikan sekitar. Mia merasa ada yang aneh, seingatnya ia tadi ada di kamar bersama Ilona. Tapi, sekarang Mia malah berada di dalam kamar yang mirip dengan kamar hotel.
Pintu kamar terbuka, muncul dua sosok yang sangat Mia kenal kini duduk mengapitnya yang berada di tengah kasur. Dua sosok itu adalah orang tua Mia.
"Sudah bangun, Sayang? Masih pusing?" tanya Ibu Mia.
"Adek mau makan apa? Kita makan di luar kalau adek sudah nggak pusing, tapi kalau masih pusing nanti pesan lewat telepon aja makanannya, ya?" sambung Ayah Mia.
"Kenapa Ayah sama Ibu ada di sini? Ilona mana? Tadi kan Adek lagi di kamar sama Ilona." tanya Mia bingung.
Orang tua Mia saling pandang, tidak mengerti apa yang dikatakan anaknya."Ilona siapa? Dari tadi kamu memang tidur di sini karena kelelahan setelah penerbangan jauh. Kita kan lagi liburan ke Amerika, Adek lupa, ya?" kata Ayah Mia sambil mengusap rambut Mia dengan sayang.
Mia terkejut, tidak menyangka jika keinginannya untuk liburan keluarga benar-benar terkabul. Namun, di satu sisi, Mia sedih karena mungkin saja ia tidak akan bisa bertemu Ilona lagi. Mia juga belum sempat mengucapkan terima kasih dan berpamitan secara langsung pada Ilona.
"Terima kasih banyak, Ilona. Aku harap kita bisa bertemu lagi." kata Mia dalam hati sambil tersenyum.