Saya kenal betul bagaimana sulitnya memahami pelajaran yang benar-benar tidak bisa diserap. Saat itu, saya menginisiasi diri saya dengan cara menggunakan catatan berwarna dan bagan rumus untuk matematika.Â
Saya mencoba untuk melogikan semua rumus dengan jalan cerita saya sendiri. Mungkin karena sejak dulu saya suka membaca dan menulis, sehingga otak saya lebih mudah menerima hal-hal yang bisa dilogikakan dan di imajinasikan.
Hal itu saya terapkan pada adik saya Sisi. Saya ingat betul kata-kata ini,"gak masalah kamu gak pinter , belajar itu susah jadi cari cara biar kamu gampang nalarnya, kalau kamu lebih suka gambar, coba jadiin pelajaran kamu itu objek gambar," ujarku saat obrolan malam dengan Sisi.
"lah mbak, gimana bisa matematika dijadiin gambar?", jawab Sisi polos
"iya yak," saya mencoba merenungkan kembali caranya
"kamu kan suka komik, coba jadiin pelajaran-pelajaran yang susah jadi komik," saranku malam itu.
Karena saat itu saya sedang bersekolah di luar kota, saya tidak tahu bagaimana Sisi melewati masa SMPnya. Namun, hal mengejutkan terjadi, bahkan kami tidak mempercayainya.Â
Semua keluarga memandang kejadian itu adalah keajaiban untuk Sisi. Ya, Sisi berhasil mendapat peringkat 7 dikelas. Saat itu, kami benar-benar bersyukur dan kagum.
Suatu hari kami mengobrol, dan iseng menanyakan bagaimana dia mampu meraih peringkat 7 dikelas. Tanpa disangka, Sisi menjawab jika ia membuat komik di beberapa mata pelajaran yang sulit ia mengerti.Â
Saat itu, saya merasa bangga dan terharu akan perjuangan dan kemauan Sisi untuk merubah keyakinannya dan percaya bahwa ia mampu jika mau. Sejak itu, saya dan kakak saya berpikir kalau Sisi memiliki bakat di bidang seni. Akhirnya ia masuk sekolah kejuruan animasi.
Disana, Sisi mulai menemukan kepercayaan dirinya. Ia selalu semangat menceritakan tentang pelajaran dan kegiatannya di sekolah. Ditambah lagi, Sisi tidak lagi jadi korban bully temannya.Â