“Oh tidak perlu.”
Isaac sudah bisa melihat. Walaupun ia pernah berkata ia bakal mengusir semua ilmuwan yang menawarkan mata robot, akhirnya ia menerima juga. Well, sebenarnya sih itu semua karena aku yang jadi menyebalkan sejak Gus meninggal.
Okay, begini. Gus, Isaac dan aku bagai tiga serangkai. Setelah Gus meninggal, bermain Kontra bersama Isaac semakin membuatku tersadar kalau Gus pergi dari kami. Aku juga menghindari Kelompok Pendukung, aku tidak ingin mendengar nama Augustus Waters masuk daftar panjang orang mati.
Aku hanya tidak bisa menerimanya.
“Kau baik-baik saja Hazel?” tanya Mom, matanya bertemu dengan mataku di cermin tengah.
“Em, mungkin,” jawabku, dan itu tidak sepenuhnya salah. Karena sejak Gus meninggal, aku merasa setengah diriku runtuh.
“Oh Hazel, kita bisa membatalkan makan malam dengan keluarga Waters,” desah Mom dari bangku kemudi. Keluarga Waters berarti ayah dan ibu Gus, Julie, dan Martha, kakak perempuan lainnya yang paling jarang kelihatan.
“Tidak.. jangan Mom, aku tidak ingin membatalkannya. Kita sudah pernah membatalkannya sekali, dan jangan batalkan lagi.”
Di peringatan ke-40 hari meninggalnya Gus ayahku terpaksa membatalkan makan malam karena dalam perjalanan pulang paru-paruku mendadak sesak dan kemudian aku harus menginap tiga hari di ICU. Rasanya masih terasa seperti mimpi kalau Gus benar-benar sudah tiada.
“Ibumu ingin kau mendapatkan yang terbaik, Hazel,” sambung Isaac.
“Selama kau baik-baik saja dengan itu, aku tidak ada masalah.” Jawab Mom, kali ini aku tahu kalau Mom senyum dari otot-otot disekitar matanya.