Sebagai salah satu alur kerja dalam G20, Sherpa Track berdiskusi mengenai tantangan global serta berbagai isu ekonomi non-keuangan, untuk menemukan solusi dan rekomendasi terkait agenda dan isu prioritas G20.
Pertemuan Sherpa G20 dilaksanakan untuk mempersiapkan versi terbaik dari Deklarasi Pemimpin yang akan dibawa dan disetujui oleh para Kepala Negara dan Pemerintahan dari negara-negara anggota G20 pada KTT G20.
Penerapan SOP menjadi elemen vital dalam mengatur jalannya diskusi, penyusunan agenda, dan pengambilan keputusan secara kolektif pada pelaksanaan G20. SOP dirancang untuk memastikan proses diplomasi multilateral berjalan secara efektif, efisien, dan terorganisir.
Tahapan SOP yang diterapkan dalam diskusi Jalur Sherpa meliputi beberapa langkah berikut: Â
- Persiapan Agenda Diskusi Proses ini mencakup identifikasi isu-isu prioritas serta koordinasi awal dengan Sherpa dari negara anggota. Â
- Pengaturan Format Diskusi: Tahapan ini mencakup pembagian sesi diskusi dan pengaturan keterlibatan peserta secara efektif. Â
- Penyusunan Konsensus: Dilakukan dengan memfasilitasi dialog antar delegasi dan mendokumentasikan hasil pembahasan. Â
- Penyelesaian Isu yang Belum Terselesaikan: Melibatkan diskusi tambahan dan konsultasi bilateral untuk mencapai kesepakatan. Â
- Finalisasi dan Penyusunan Dokumen Akhir: Proses ini mencakup perumusan rekomendasi serta pemeriksaan ulang dokumen untuk memastikan akurasi. Â
- Penyampaian Hasil kepada Pemimpin G20: Tahapan akhir berupa laporan formal kepada pemimpin G20 dan publikasi hasil secara transparan.
SOP yang diterapkan menekankan pentingnya transparansi dan inklusivitas, dua prinsip yang selaras dengan PLNI yang bebas-aktif. Transparansi diwujudkan melalui penyampaian informasi yang jelas kepada semua pihak dan inklusivitas tercermin dari upaya aktif melibatkan negara-negara berkembang dalam setiap pembahasan.
Pendekatan ini mencerminkan komitmen Indonesia untuk mendorong keadilan, kesetaraan, dan kerja sama internasional yang harmonis, menjadikan G20 bukan hanya forum eksklusif bagi negara maju, tetapi juga platform untuk memperjuangkan aspirasi bersama.
SOP menjadi faktor penting yang mendukung peran Indonesia sebagai mediator dalam konflik Rusia dan Ukraina. Berangkat dari konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina, Indonesia ditantang untuk menjaga kepentingan nasionalnya sekaligus memegang peran strategis, sebagai ketua maupun anggota forum.
Sebagai tuan rumah G20, Indonesia harus menjaga fokus diskusi tetap pada isu-isu global yang mendesak, sekaligus mengelola ketegangan antara negara-negara anggota yang terpecah akibat konflik. Dengan SOP yang terstandar, Indonesia berhasil menciptakan suasana diskusi yang konstruktif, memberikan kesempatan yang adil bagi setiap pihak untuk menyampaikan pandangan mereka tanpa memicu eskalasi konflik.
Dalam perannya sebagai mediator, Indonesia menerapkan SOP ini untuk memastikan forum tetap inklusif, dengan memberikan perhatian yang setara pada isu-isu penting bagi semua negara. Pendekatan ini sejalan dengan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif, yang berupaya menjembatani kepentingan global tanpa memihak kepada salah satu pihak.
Salah satu keberhasilan Indonesia menerapkan SOP adalah tercapainya kesepakatan di antara para pemimpin G20 yang mengakui dampak perang terhadap perekonomian global. Melalui penerapan SOP yang transparan dan inklusif, Indonesia menunjukkan kemampuan sebagai pemimpin yang efektif dan memperkuat posisinya sebagai aktor utama dalam diplomasi multilateral untuk mencari solusi damai terhadap konflik internasional.
Sebagai hasil akhir dari KTT G20 Bali 2022, terdapat penyusunan deklarasi, yang prosesnya juga dipengaruhi oleh penerapan SOP yang terstruktur. Dalam Sherpa Track, delegasi dari negara-negara anggota G20 terlibat dalam diskusi intensif dan teknis untuk mencapai kesepakatan mengenai isu-isu prioritas, yang selanjutnya disusun menjadi dokumen rekomendasi atau draf deklarasi.