Hari-hari berikutnya kita menjadi diam lagi. Diam, diam dan diam sampai entah kapan. Aku tidak tahan, aku sayang diriku sendiri dan tidak mau disakiti oleh orang yang sama untuk kesekian kalinya. Lagi, aku menghapus nomornya pada pukul 1 siang di depan minimarket dekat rumah ketika meunggu seorang teman membayar belanja online-nya. Tidak lupa kuhapus chat-nya, hanya membuat sakit hati dan video call yang hanya dilakukan kurang dari 30 menit. Ini lebih baik daripada aku harus melihat wajahnya, rasanya ingin kugampar dengan tongkat kasti. Terkadang aku juga berpikir, kenapa Tuhan tetap memberikan hidup yang nyaman untuk manusia seperti dia. Manusia yang asal bicara tanpa mau tanggup jawab dengan segala ucapannya. Laki-laki pengecut.
Sudah hampir seminggu setelah aku menghapus nomornya dan dia tidak menghubungiku lagi. Itu tandanya memang sudah benar-benar berakhir. Semuanya sudah selesai sejak hari itu. Tidak ada lagi reminder supaya segera tidur dan ucapan, "Semangat.", "Jaga kesehatan.", "Jangan lupa makan.", "Tidur, udah malam.", "Jangan begadang nanti kamu sakit.", "Gimana? Udah mendingan?" Sekarang yang menjadi reminder adalah diriku sendiri bukan siapapun apalagi dirinya.
Hanya ingin berpesan. Semoga kamu disana baik-baik, aku masih mencoba memaafkanmu. Aku selalu percaya, sejahat apapun seorang manusia pasti ada sisi baiknya. Terima kasih juga sudah membuatku tidak takut dengan kucing dan sekarang aku mempunyai 5 ekor kucing di rumah. Induknya satu dan 4 ekor anak kucing yang kesemuanya betina.
Jaga kesehatan dan jangan lupa ibadah. Jika tahun 2021 ini kamu akan pulang, semoga sampai di rumah dengan selamat dan semuanya baik-baik saja. Sampai jumpa.