“Jadi setiap pohon yang dihinggapi lebah hutan ini disebut pohon sialang, apapun jenis kayunya. Sawit pun juga ada, itu disebut madu bun-bun atau lebahnya dalam kondisi merajuk,” sambungnya sambil tertawa.
Keunggulan Madu Foresbi
RMA telah menjadi wadah bagi para petani yang menampung dan membantu memasarkan hasil panen madu mereka. Di sana kami melihat sebuah rak berisikan sejumlah botol kemasan madu Madu Foresbi. Kemasannya terlihat modern dan elegan. Ada botol plastik ukuran 350 gram dan botol kaca ukuran 330 gram. Harganya sama Rp65ribu per botol.
Selain diakui keasliannya, Madu Foresbi ini telah mengantongi ijin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI dan sertifikasi halal Majelis Ulama Indonesia (MUI). Madu Foresbi bahkan sudah dijual ke sejumlah gerai oleh-oleh di Pekanbaru termasuk di sejumlah marketplace daring.
“Kita belum pernah membandingkan (dengan madu lain di pasaran.red), karena kalau membeli madu ini sebenarnya keyakinan, apalagi Madu Foresbi ini sudah diakui kemurniannya dan sudah mendapat legalitas dari pihak berkompeten,” kata Adhe.
Mitos Seputar Madu Asli dan Palsu
Banyak sekali mitos terkait madu asli atau palsu (oplosan). Kami pun termasuk yang masih percaya dengan teori-teori praktis yang belum pernah kami lihat pembuktiannya. Ketika berkunjung ke RMA, kami diperlihatkan cara membedakan madu asli dan madu oplosan.
“Penyebaran madu palsu ini sekarang cukup mengkhawatirkan, jadi kita pastikan melalui testkit tadi, tapi ada teori yang menuangkan madu ke piring lalu diberi air dan digoyang-goyang sampai membentuk sarang heksagonal,” kata Adhe.
Ada juga persepsi yang menganggap keaslian madu dapat dilihat dari madu yang membeku ketika dimasukkan ke lemari pendingin. Namun, ditambahkan Adhe, hal itu tidak begitu valid.
“Madu asli pun juga bisa beku dan didatangi semut, selama kandungan glukosanya ada. Nah, kenapa madu murni tidak disemutin, itu karena kandungan gasnya masih tinggi, jadi semut tidak mau dekat,” jelasnya lagi.
Ada satu lagi yang paling efektif menguji keaslian madu. Ujang lantas mengambil sebotol madu oplosan dari dalam mobilnya. Lalu ia mengeluarkan botol kecil berwarna kuning berisikan cairan jenis obat merah untuk luka. Madu asli diambil dengan sendok, lalu diteteskan cairan obat merah.
"Kalau dia asli maka warnanya tidak berubah, meski kita aduk terus," ujar Ujang.
Sedangkan, madu oplosan, ketika terkena cairan obat luka tadi, warnanya akan berubah menjadi hitam pekat, seperti oli atau pelumas bekas.
Kearifan Lokal dan Tantangan Madu Sialang
Program RMA didasarkan atas kemitraan bersama masyarakat berbasis kearifan lokal. Bersama 7 orang anggotanya, Ujang menjalin kemitraan dengan masyarakat sekitar dan memiliki sedikitnya 48 pohon madu sialang yang tersebar di tiga kabupaten di Riau, yakni Pelalawan, Siak, dan Kuantan Singingi. Ia mengaku pada musim panen bisa mendapat 3-4 ton madu per bulan.