Mohon tunggu...
Aldy M. Aripin
Aldy M. Aripin Mohon Tunggu... Administrasi - Pengembara

Suami dari seorang istri, ayah dari dua orang anak dan eyang dari tiga orang putu. Blog Pribadi : www.personfield.web.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Asia Pulp & Paper Group, Berkomitmen Restorasi Satu Juta Hektar Lahan, Komitmen atau Iklan?

17 Desember 2015   00:22 Diperbarui: 17 Desember 2015   05:46 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sementara itu, komitmen APP sendiri bukan merupakan cerita baru, pada tanggal 05 Februari 2013, APP sudah menegaskan bahwa bahan baku pulp tidak lagi menggunakan bahan baku yang berasal dari alam semuanya dari hutan tanaman.  Untuk menyiasatinya, APP bermitra dengan berbagai perusahaan yang memegang konsesi IUPHHK maupun yang memegang konsesi HTI.

[caption caption="Spanduk yang isinya meminta APP menghentikan deforestasi hutan | id-desain.com"]

[/caption]Dengan cara seperti ini, secara langsung APP memang tidak memanfaatkan kayu hutan yang berada dalam konsesinya, tetapi memanfaatkan hasil produksi hutan alam dan hutan tanaman dari mitra usaha.

Komitmen yang didengungkan oleh APP masih sebatas kampanye publik dan reklame perusahaan untuk menutupi citra yang terlanjur tercoreng moreng karena pengelolaan hutan yang tidak lestari.  Ambisi APP menjadi perusahaan kertas tersebesar salah penyebab mengapa komitmen APP hanya terbatas pada komitmen saja.

Untuk diketahui,  sekalipun APP sudah menyatakan akan melakukan restorasi dengan Bonn Challenge, tidak ada sangsi yang jelas jika APP gagal dan terlalu banyak alasan yang bisa digunakan untuk menutupi kegagal dibelakang hari.   Tanpa bermaksud merendahkan kemampuan perusahaan tersebut dalam merestorasi hutan, harus dipahami bahwa merestorasi wilayah seluah satu juta hektar bukanlah pekerjaan gampang.

Gambar sederhana saja, tidak ada satupun perusahaan (baik itu pemegang konsesi IUPHHK maupun HTI) yang memiliki lahan sampai satu juga hentar untuk satu perusahaan.  Sebagai bahan perbandingan,  Negara sampai dengan saat ini hanya baru berhasil :

  1. Merestorasi lahan tadus seluas kurang lebih 200.000 ha, dari 15.565.990 lahan tandus.
  2. Merestorasi degradasi hutan seluas 200.000 ha dari 6.235.0000 luas hutan yang sudah mengalami degradasi.
  3. Bahkan untuk daerah aliran sungai (DAS) dan pengendalian erosi masih belum terealiasi dari total wilayah 6.014.000 ha.

Adalah wajar jika saat ini APP berusaha membangun citra kelestarian yang baik.  Namun, APP harus bekerja sangat keras dan sudah berkali-kali APP maupun Sinar Mas diterpa isu yang tidak sedap dan kebanyakan terkait dengan aspek lingkungan dan kelestarian.

World Wide Fund for Nature (WWF),  dalam laporannya yang bertajuk SMG/APP Deforestation and Deadly Human-Tiger Conflict,  menilai bahwa APP telah gagal melaksanakan komitmen ekologisnya dalam beberapa kasus, misalnya APP gagal melindungi hutan yang ditunjuk sebagai suaka harimau, APP juga dinalai gagal mempertahankan keuntuhan wilayah yang bernilai konservasi tinggi (High Conservation Value (HCV)) bahkan WWF juga menilai,    bahwa kawasan hutan yang dipromosikan sebagai bagian dari Giam Siak Kecil-Bukit Batu UNESCO Man and Biosphere Reserve, gagal dikelola oleh APP.

WWF, secara gamblang menggambarkan terjadinya konflik antara harimau dan manusia yang mengakibatkan jatuhnya korban nyawa antara tahun 1997 sampai 2009, terjadi didekat wilayah terjadinya deforestasi  hutan yang konsesinya dikuasai oleh pemasok bahan baku ke APP.  Dari laporan WWF,  telah terjadi 245 konflik, yang mengakibatkan kematian bagi 27 orang dan delapan ekor harimau.

Pada tanggal 4 Mei 2012, Koalisi Bersama Anti Mafia Hutan, menyebutkan dalam siaran persnya, adanya 12 pejabat publik termasuk Gubernur Riau dan mantan Menteri Kehutanan kepada Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum, dan Komisi Pemberantasan Korupsi karena dugaan keterlibatan dalam kasus penebangan hutan di Riau.

Bahkan baru-baru ini, toko Online RedMart menarik semua komoditi kertas produk Asia Pulp & Paper (APP), setelah Badan Lingkungan Hidup Nasional (NEA) Singapura menyatakan akan memulai penyelidikan pada perusahaan yang diduga membakar hutan di Indonesia.  Penarikan itu termasuk kertas tisu merk Paseo dan NICE. RedMart mengatakan penarikan berkaitan dengan investigasi NEA. 

Dan masih banyak kasus-kasus lain, bahwakan yang kasus kehilangan nyawa karyawannya sendiri karena tidak kekerasan.  Melihat latar belakang yang carut marut, bukanlah sesuatu yang aneh jika komitmen APP hanya sebatas komitmen yang belum tentu terealiasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun