Menjadi komuter, seseorang yang berpergian ke suatu kota untuk bekerja dan pulang kembali ke kota tempat tinggalnya setiap hari, bukanlah perkara mudah. Bagi saya yang tinggal di kota Bekasi, kota yang kata banyak orang berada di luar planet, menjadi tantangan sendiri.
Beruntunglah, ada transportasi ulang-alik yang bisa saya andalkan. Tidak hanya saya dan teman-teman komuter asal Bekasi saja yang mengandalkan transportasi ini. Tetapi juga teman-teman komuter yang berasal dari kota Bogor, Depok, Tangerang dan sekitarnya.
Transportasi ini bukan pesawat NASA, apalagi piring terbangnya alien. Melainkan KA-ER-EL, Mailope~
Kehadiran KRL, yang mempunyai motto The Best Choice For Urban Transportation, semakin menjadi primadona. Tidak hanya tarif yang murah, KRL juga diperkuat dengan fasilitas layanan yang cukup mudah, seperti; vending machine, e-ticketing, info KRL pada aplikasi android, dan masih banyak yang lainnya. Semua itu hadir untuk kemudahan dan kenyamanan para komuter.
Saya haqqul yakin segala lapisan masyarkat mulai dari anak punk, mahasaiswa, pelajar, pekerja kantoran, PNS, pedagang asongan, sampai ibu rumah tangga pun pernah menggunakan KRL. Tapi kalau anda yang tidak biasa naik KRL dan hanya ingin sekedar jalan-jalan menggunakan KRL sebaiknya hindari jam-jam berangkat kerja dan pulang kerja. Terkecuali jika anda ingin merasakan sensasi lebih, bolehlah coba naik KRL di jam-jam itu. Yakin deh, kamu akan merasa lebih bahagia.
Tapi... Jangan kaget kalau ketemu tipe orang-orang yang kaya di bawah ini ya, Lur~
Orang yang Nyempil Kaya Upil
Ini pengalaman saya pribadi, bukan pengalaman teman saya. Saya catat dalam Google Keep pada ponsel cerdas milik saya. Bukan milik teman saya. Beruntung, waktu itu saya mendapatkan tempat duduk ketika menumpang KRL dengan tujuan Jakarta Kota, yang meluncur pada pukul 06.02 WIB dari stasiun Bekasi.
Karena kelopak atas dan kelopak bawah mata saya lagi kangen-kangenan, maka saya biarkan mereka untuk bertemu. Saya tidak akan menghalang-halangi sesuatu yang ingin bertemu. Kalian aja kalau kangen sama pacar hasratnya pasti ingin ketemu. Berat kan rasanya?
Kemudian, saya pulas dengan seketika. Sementara KRL terus meluncur dengan cepat menuju stasiun berikutnya. Sesampai di stasiun Kranji, tanpa diduga paha sebelah kanan saya mendapatkan tekanan yang luar biasa.
Saya terbangun lalu terkejut. Ya Tuhan... Sesosok manusia XXL yang mampu nyempil dengan celah kursi yang tak masuk akal. Celah yang blio duduki kira-kira cuma satu jengkal tangan. Kalau saya ukur nih, satu jengkal tangan saya sama dengan 22,02 cm. Bayangkan 22,02 cm!
Baikah, saya mengerti. Akhirnya dengan senang hati saya berdiri sambil bilang, "Silakan Duduk..."
Manusia tipe ini paling mudah ditemui di kota manapun. Di stasiun manapun, dan di KRL jurusan manapun. Posisi gerbong juga tidak berpengaruh, baik di gerbong khusus wanita, ataupun gerbong campuran. Baik gerbong paling ujung, ataupun gerbong tengah.
Kalian sebaiknya relakan saja kursi kalian untuk manusia jenis ini. Kalaupun kalian tetap bersikukuh, nampaknya itu akan sia-sia. Perlahan tapi pasti kursi kalian akan terebut dengan sendirinya. Ya, tinggal waktu yang menghakimi.
Rombongan Tanahabang
Kalian jangan heran kalau ketemu tipe yang satu ini di stasiun transit Manggarai. Biasanya cirinya membawa kantong kresek segede-gede transformers. Dengan kantong kresek yang muatannya sudah pasti puuool dan bagian atasnya dikasih lakban.Tak bisa diragukan lagi, bahwasannya ini adalah rombongan yang habis belanja dari Tanahabang.
Rombongan Tanahabang, saya menyebut demikian karena tujuan utamanya adalah belanja ke pasar Tanahabang. Naik atau turun KRL di stasiun transit Manggarai (jika mereka naik di rute Bekasi). Pergi dengan cara berkelompok, pulang juga tetap dalam kelompok.
Boleh berhati-hati jika ketemu dengan rombongan ini. Kalau kalian dapat duduk di kursi KRL terus masih ingin selamat sampai tujuan. Sebaiknya, kasih duduk rombongan ini ketika memasuki gerbong KRL. Pasalnya saya pernah diusir dari kursi dengan cara yang tidak menyenangkan. Tanpa kata, tanpa permisi. Kaki saya dipepet dengan barang belanjaannya.
Saya tidak tahu apa yang akan terjadi kalau waktu itu saya tetap bertahan setegar karang. Entahlah apa kabarnya kaki yang mungil ini.
Di sore yang melelahkan, dengan kondisi KRL yang padat bin pepes rombongan ini masih tetap kuat. Meskipun barang belanjaanya banyak buuaanget, mereka mampu menghadapi dorongan dan desakan dalam gerbong (kalau mereka berdiri). Sungguh, rombongan dari Tanahabang sosok yang begitu perkasa. Mereka seakan tak merasakan sesaknya kondisi gerbong.
Seseorang Yang Bomat (Bodo Amat) di TDP
Satu hal yang kadang membuat saya jengkel adalah seseorang yang bersikap bodo amat di kursi TDP (Tempat Duduk Prioritas). Kita semua tahu, siapa saja yang berhak mendapatkan prioritas di tempat duduk yang posisinya berada di tiap pojok gerbong.
Tetapi seseorang bomat ini lebih memilih duduk di kursi prioritas yang dikhususkan untuk para bumil, orang yang berkebutuhan khusus, dan ibu-ibu membawa anak.
Lalu ketika ada bumil yang mendekat sambil berkata, "Ada yang enggak hamil?". Seseorang yang bomat ini hanya bergeming. Seolah tak mendengar suara apa-apa. Kadang kala tetap asyik memainkan smartphone-nya yang amat disayangkaan kepekaannya tak sesensitif layar smartphone miliknya. Apakah sebenarnya seseorang bertipe ini merasa sudah manula? Ah, saya rasa tidak.
Terkadang saya pribadi lebih suka menegur. Kalaupun akhirnya dia lebih galak daripada saya, ya saya juga takut. Hehehe... Saya mengalah saja dan lebih menganjurkan para bumil untuk meminta kursi yang bukan prioritas saja. Untuk mendapatkan kursi di sana peluangnya lebih besar, sebab di sana suka ada kaum adam yang dapat duduk dan dengan senang hati bisa memberikan kursinya.
Penyerobot
Sebetulnya untuk tipe yang satu ini amat tidak bisa saya duga kehadirannya. Belum teridentifikasi. Beberapa kali saya menemukan tipe penyerbot berasal dari rombongan Tanahabang. Sekali saya melihat tipe penyerobot berdiri seorang diri.
Kalaupun sedang seorang diri tipe jenis ini ibarat UFO, Unidentified Flying Object. Ia terus berjalan. Kalaupun tubuhnya tidak bergerak, matanya yang bergerak melirik ke kanan, juga melirik ke kiri. Saya kadang berpikir tipe penyerobot ini matanya bisa bergerak 360 derajat. Seperti iguana.
Ketika ada seseorang yang mempersilakan duduk pada orang lain. Dengan cepat dan tangkas tipe penyerobot ini sudah berada di kursi yang kosong tersebut. Padahal kursi itu dipersilakan bukan untuknya. Tidak peduli yang yang ia serobot itu bumil, lansia, terlebih lagi mbak-mbak muda yang lagi dimodusin mas-mas.
Kalau boleh saya menebak, motto tipe penyerobot ini adalah...
Jreng, jreng,jreng
... Siapa cepat, dia dapat. Angkat pantat, ilang tempat.
***
Melihat ini semua, seolah ada sesuatu yang ganjil. Sesuatu yang mencitrakan naik KRL itu wajib duduk. Ya memang itu benar, mau duduk ya tinggal duduk, kalau lagi kosong. Tetapi tidak bisa dengan seenak hati. Ada hak-hak orang lain juga. Sebab kita semua pengguna KRL juga sama-sama mengeluarkan rupiahnya untuk ongkos perjalanan.
Pada akhirnya, rasa empati kita sebagai manusia yang hanya butiran debu ini harus diasah kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H