Selanjutnya, pasca-modern juga membentuk dunia yang berjalan begitu cepat. Teknologi digital menimbulkan apa yang disebut oleh Bauman sebagai "Kebaruan yang permanen".Â
Distribusi informasi misalkan, logika pemberitaan saat ini membuat kita mendera kita dalam percepatan dan spasialitas. Apa yang kita baca hari ini segera kita lupakan di hari esok, karena berita terus berubah dan membuat kebaruan yang permanen. Akibatnya, sulit sekali menanamkan kebiasaan membaca suatu buku secara konsisten. Apalagi sebuah buku yang memiliki bobot subtansial yang kompleks.
Di sisi lain, cepatnya informasi dan "keterpusatan-aku" menggiring masyarakat untuk mengikuti inovasi yang bersifat privat. Maksudnya, ketimbang menganut kepentingan bersama dalam sebuah lembaga besar atau organisasi, tindakan mereka lebih cenderung didorong oleh keinginan sendiri (swa-kepentingan). Dari pada repot-repot ngurusin keinginan banyak orang dalam organisai, lebih baik utamakan kepentingan sendiri.
Belum lagi kepentingan orang-orang dalam Liquid Life itu terus berubah-ubah. Oleh karena itu, sulit mengorganisir orang-orang berdasarkan kepentingan masing-masing yang bisa saja berubah setiap saat. Untuk itu, generasi saat ini lebih memilih untuk bertindak secara pribadi dari pada mengorganisir kepentingan banyak orang yang bikin REPOT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H