Mohon tunggu...
Ali Wasi
Ali Wasi Mohon Tunggu... Lainnya - Aparatur Sipil Negara

Seorang ASN dari Tahun 2015 s.d. sekarang, yang semula gemar menulis cerita fiksi menjadi rutin menulis analisis informasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Menggenggam Dunia (10) Pengalaman Berharga

6 Mei 2024   07:00 Diperbarui: 6 Mei 2024   07:04 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat duduk di ruang tamu ini, aku melihat beberapa pajangan foto. Terlihat foto keluarga, yang terdiri dari Pak Romli, Ibu Fatimah, dan dua orang perempuan. Mungkin anak mereka.

“Dua orang yang berjilbab itu, foto anak Bapak ya?” tanyaku.

“Benar, salah satu di antara mereka sedang kuliah, sekarang semester tujuh. Sedangkan Kakaknya sudah bekerja sebagai Psikolog. Alhamdulillah anak saya yang pertama itu telah membuka praktik.” Papar Pak Romli.

Pekerjaan ayah dan anak memang tak jauh berbeda. Pak Romli sebagai ustad yang mengayomi penduduk desa dalam bidang beragama, sedangkan anak pertamanya berkerja sebagai psikolog yang memberi ilmu kejiwaan pada masyarakat umum.

Terlihat, Ibu Fatimah membawakan dua gelas teh dan toples berisi makanan ringan, ia membawanya menggunakan nampan merah. Makanan dan minuman ia suguhi di depan meja, di hadapan tempat aku duduk.

“Ayo, Mas Arkan. Silahkan diminum. Mumpung masih hangat.” Tawarnya.

“Terima kasih banyak. Maaf kedatangan saya jadi merepotkan.”

Aku, Pak Romli dan Ibu Fatimah berbincang akrab. Tema perbincangan kemana-mana, di antaranya membahas tentang keunikan desa, warga desa, suka dan duka di desa, tentang anak-anak mereka, sampai hal yang mistis mereka cerita. Tetapi pada hal yang mistis, mereka tak sepenuhnya percaya. Mereka pikir bahwa itu hanyalah ulah orang yang tidak bertanggungjawab, yang hanya menjadikan cerita itu sebagai lelucon untuk menakuti anak-anak.

Yang membuatku bangga dengan cerita mereka adalah perjuangan salah satu anaknya hingga menjadi anak yang berbakti pada orang tua.

Anak mereka yang pertama bernama Anisa. Ia dahulu adalah seseorang yang selalu membantah perkataan kedua orang tuanya. Pak Romli dengan sabar membimbing Anisa menjadi seseorang yang menghargai hidup dengan cara mengadakan pengajian di rumahnya, dan mendatangkan penceramah bagi tamu undangan. Mau atau tidak, Anisa pasti akan mendengarkannya.

Sampai suatu ketika, Anisa disadarkan oleh kejadian nyata yang menimpa sahabat karibnya. Sahabat yang dicurigai membawa dampak buruk terhadap perilaku Anisa, tewas kecelakaan dengan kondisi yang mengenaskan. Kabar yang mereka dengar bahwa temannya, kecelakaan setelah bertengkar hebat dengan kedua orang tuanya. Teman tersebut membantah perintah orangtua dan kabur dari rumah membawa sepeda motor milik ayahnya. Ketika di perjalanan, ia menabrak truk pembawa tangki minyak, dan tewas setelah menderita kesakitan selama dua jam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun