Dengan perjalanan yang panjang menempuh papan atas, ditambah dengan dua kali pingsan, sekali muntah, dan beberapakali dibawa ke dokter, akhirnya aku mendapatkan hasil yang setara dengan kerja kerasku, juara dua. Ini merupakan pengalaman berharga dan sebagai motivasi diri untuk kedepan yang lebih baik.
Mataku terus terpejam, berdiri tepat di tengah lapangan dengan merasakan hembusan angin sejuk dan sinar mentari yang hangat. Kicauan burung meramaikan pagi, bagaikan alur musik yang berirama. Sambil mendengar kicauan burung, aku mendengar suara langkah kaki tepat dibelakangku. Kubuka mata dan membalikan tubuhku ke asal suara.
“Assalamualaikum, Mas.” Sapa seseorang, yang berada tepat di belakangku.
Aku sangat terkejut ketika membalikan badan terdapat seorang bapak tepat dihadapanku dengan senyum yang ramah. Ternyata yang menyapaku adalah guru ngajinya Rahmat.
“Waalaikumsalam.” Jawabku dengan tersenyum membalasnya.
“Mas Arkan, sedang apa di sini?” tanya beliau.
“Oh, saya cuma ngisi waktu luang dengan jalan-jalan.” Ramahku.
“Wah kebetulan sekali, ayo mampir ke rumah saya. Sekali-kali silaturahim.” Ajak Pak Romli.
Tidak ada salahnya aku mampir ke rumah gurunya Rahmat. Beliau terlihat ikhlas mengajakku.
“Boleh Pak. Dengan senang hati.” Ucapku.
Akupun mengikuti Pak Romli menuju rumahnya. Yang tak jauh dari tempat pengajian. Sebuah rumah yang sederhana, tetapi terlihat sangat elegan. Ketika aku memasuki rumah, seorang ibu berjilbab dan bermuka lembut menyambutku dengan hangat.