Ketika membuka isi kado itu, Rahmat terlihat sangat senang dengan pemberianku. Sebuah bola itu, ia peluk dengan erat.
“Makasih Kak Arkan, Mamet suka hadiahnya.” Ucap Rahmat gembira.
“Iya, sama-sama.” Jawabku tersenyum dan melupakan kekesalan tadi.
Ratih terlihat bahagia melihat senyum dan tawa dari Rahmat. Ya, hari ini merupakan hari yang menyenangkan. Selain melihat Rahmat bahagia, disisi lain aku melihat Ratih tersenyum lepas.
***
Pukul delapan malam, aku menyiapkan makanan untuk aku dan Rahmat. Menu makan malam hari ini, cukup dengan dua ekor ikan goreng dan nasi. Walaupun demikian, Rahmat tetap lahap makannya, kerena aku berpikir bahwa mengkonsumsi ikan sangat baik untuk kecerdasan otak usia anak-anak.
Setelah selesai makan malam, mencuci piring masing-masing, dan sikat gigi bersama, Rahmat dengan lekas membuka buku pelajaran. Ia belajar sambil memegang bola yang tadi kubeli. Cara belajar Rahmat, sangat tenang dan penuh konsentrasi. Lembaran demi lembaran ia buka, sesekali ia membuka buku lain yang membahas teori yang sama. Dia mencari sumber yang terkait hanya untuk memenuhi nafsu belajarnya.
Aku mendekatinya. Ternyata yang ia pelajari adalah buku Ilmu Pengetahuan Alam. Pelajaran dasar untuk seorang dokter.
“Mamet kalau kurang jelas dengan penjelasan di buku, nanti tanya pada Kakak, ya?” pintaku.
Rahmat mengangguk dan mengacungkan jempol tangan kanannya. Pandangannya tetap terfokus pada buku, sedangkan bola ia apit pada kedua kakinya. Memang sudah nampak tanda-tanda orang sukses pada dirinya.
Aku tak boleh kalah dengan semangat juang anak-anak. Aku mengambil buku kedokteran yang berada di dalam tas kerja. Membuka halaman mengenai berbagai macam penyakit disertai pengobatannya, dan asal dari penyakit tersebut. Dari awal mula, gejala, dan dampak dari penyakit itu dijelaskan, disertai dengan gambar ilustrasi.