Mohon tunggu...
Ali Usman
Ali Usman Mohon Tunggu... Jurnalis televisi -

Pernah bekerja untuk koran Merdeka, IndoPos, Radar Bekasi, Harian Pelita, Majalah Maestro, Harian ProGol, Tribunnews.com (Kelompok Kompas Gramedia), Vivanews.com, kini di TVRI nasional. * IG aliushine * twitter @kucing2belang * line aliushine * blog www.aliushine.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tembang Lara Kamar 303

11 September 2016   17:09 Diperbarui: 11 September 2016   17:19 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rere masih terpaku di kasurnya. Ia benar-benar ketakutan. Alunan suara musik gamelan yang belum juga hilang, kini membuatnya merinding. Rere mulai pucat pasi. Ia melirik ke kanan dan kiri. Ke berbagai sudut kamar. Mencari sosok tadi. Tiba-tiba lampu kamar padam. Gadis itu kembali dibuat kaget. Rere memanggil nama Vera. Mencoba membangunkan sahabatnya.

Malam kian mencekam. Rere menggenggam erat selimut di tangannya. Ia tak tahu harus berbuat apa. Bahkan hidungnya kini mulai mencium wangi melati yang menyengat. Rere melirik ke arah jendela. Mengedarkan pandangan ke sudut-sudut kamar hotel. Sangat gelap. Tiba-tiba bahu gadis itu seperti disentuh jemari yang terasa sangat dingin menusuk kulit. Rere menjerit histeris.

********

Di lobbi hotel, Rere tengah menunggu Vera dengan perasaan tidak tenang. Kejadian semalam telah membuatnya kapok untuk kembali ke kamar. Pagi ini mereka putuskan untuk segera pindah hotel. Semua pakaian dan barang pribadi mereka sudah dibawa. Tapi Vera melupakan sesuatu. Charger handphone tertinggal di kamar. Ia harus kembali.

Sudah setengah jam Rere menunggu. Tapi Vera belum juga terlihat kembali. Lama sekali pikir Rere. Gadis itu mulai khawatir. Semalam mereka akhirnya tidak tidur. Suara jeritan Rere membuat Vera terbangun. Vera lantas menyalakan lampu kamar. Ia melihat Rere benar-benar ketakutan. Rere menceritakan yang dialaminya beberapa saat sebelum Vera terbangun. Dua gadis yang hendak liburan itupun tak lagi bisa tidur hingga pagi menjelang.

Rere mulai resah. Sudah satu jam berlalu, Vera tak juga turun ke lobbi hotel. Gadis itu mulai berpikir untuk menyusulnya ke kamar. Tapi siapa yang akan menjaga koper-koper dan tas mereka di lobbi.

Rere lantas medekati meja resepsionis. Meminta petugas menghubungi kamar 303. Ponsel milik Vera tak bisa dihubungi. Begitupun pesan lewat sejumlah aplikasi. Tidak ada yang ditanggapi. Rere makin khawatir. Berulangkali dihubungi dari meja resepsionis, kamar 303 tidak menjawab. Tidak ada yang mengangkat telepon.

Rere kembali ke sofa. Ini tidak masuk akal. Vera sudah satu jam tidak kembali. Ia harus menyusulnya. Rere bangun dari sofa. Gadis itu baru saja melangkahkan kaki saat seorang petugas kebersihan tiba-tiba menghampirinya dengan raut wajah cemas.

"Maaf, mbak yang di kamar 303 bukan? Teman mbak masih terkunci di dalam kamar. Beberapa kali dia berteriak minta tolong. Saya dan teman saya sudah mencoba membuka kamar, termasuk dengan kunci serep. Tapi gagal. Belum bisa dibuka," ujar lelaki itu panik. Beberapa tamu hotel ikut melihat ke arah mereka. Seolah ingin tahu apa yang sedang terjadi.

Rere terperanjat. Ia segera meminta pihak hotel melakukan sesuatu. Rere takut hal yang buruk telah terjadi pada sahabatnya. Bagaimana ini bisa terjadi. Apa tidak ada cara lain untuk membuka kamar? Rere bicara dengan sejumlah petugas hotel. Gadis itu makin terlihat panik. Beberapa orang langsung menuju kamar tersebut.

Seorang lelaki yang usianya paling tua, mendekati Rere. Lelaki itu terlihat kaget dengan peristiwa ini. Lelaki itu perlahan mulai membuka obrolan. Ia bertanya apakah ada hal aneh yang dialami gadis itu semalam. Rere lantas menceritakan hal buruk yang dialaminya. Tentang sosok perempuan dengan kebaya, juga tentang musik gamelan misterius yang ia dengar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun