"Dia hidup dalam dunianya sendiri. Jika tidak ditangani secara benar, dia bisa lupa segalanya. Bahkan bisa sampai lupa dengan Tuhannya," suara dokter itu kembali terdengar. Aku tahu benar arah pembicaraan mereka tertuju padaku. Ini keterlaluan. Bagaimana dia bisa berbicara seperti itu. Rasa geram dan marah malah semakin membuat sakit kepalaku menjadi-jadi. Segera kurebahkan kepala yang tadi sempat terangkat karena ingin mengintip dari ujung selimut. Sakit kepala ini masih melekat erat.
Perlahan kusibak selimut dan kuedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Cahaya yang datang dari sudut jendela mulai mengisi ruangan. Sejenak aku terdiam. Kemana mereka. Semua orang itu, semua percakapan itu. Rasa sakit di kepala tadi rupanya membuatku tertidur. Entah sudah berapa lama aku tertidur. Mata ini bahkan masih terasa berat saat kuedarkan pandangan ke arah jendela. Matahari sudah kembali terlihat cerah.
Kuedarkan pandangan ke sekeliling tempat tidur. Tapi kali ini semua tampak berbeda. Tidak ada kamar Andina, tidak ada bangunan rumah, bahkan tidak ada siapapun. Hanya ruangan kecil dan tempat tidur yang mirip di rumah sakit. Aku masih tidak mengerti apa yang telah terjadi. Kemana semua itu tiba-tiba menghilang. Segera kuhela napas. Cahaya matahari semakin menyengat, namun tubuh ini masih lemas dan sulit digerakan.
“Selamat siang pak, bagaimana kondisinya, apa masih sakit lagi kepalanya, ini ada teman-teman dari fakultas kedokteran kampus lainnya ingin observasi. Nanti jangan lupa makan ya, dokter akan kontrol satu jam lagi,” seorang perawat dan beberapa orang tiba-tiba masuk ruangan dan mengelilingi tempat tidurku. Kali ini aku benar-benar melihat mereka semua dengan jelas. Ada yang mencatat, ada yang memotret, bahkan ada yang berkali-kali melihat ke arahku dengan wajah penasaran.
“Saya dimana ini suster? Kemana istri dan anak-anak saya,” ujarku perlahan. Suster itu hanya tersenyum. Beberapa orang yang di ruangan juga ikut tersenyum. Aku masih belum mengerti. Semuanya memang terasa berbeda. Hanya cahaya di sudut jendela yang masih terlihat sama.(*)
Jagakarsa, November 2015