Mohon tunggu...
Ali Usman
Ali Usman Mohon Tunggu... Jurnalis televisi -

Pernah bekerja untuk koran Merdeka, IndoPos, Radar Bekasi, Harian Pelita, Majalah Maestro, Harian ProGol, Tribunnews.com (Kelompok Kompas Gramedia), Vivanews.com, kini di TVRI nasional. * IG aliushine * twitter @kucing2belang * line aliushine * blog www.aliushine.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Cahaya di Sudut Jendela

12 Agustus 2016   15:02 Diperbarui: 12 Agustus 2016   15:10 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Skizofrenia dikenalkan oleh Eugene Bleuer. Skizos berarti perpecahan, sementara Phrenos artinya jiwa. Skizofrenia bisa diartikan tidak adanya keselarasan antara ekspresi, perasaan, pola pikir dan perilaku seseorang," suara sesorang mulai mengambil porsi di kepalaku. Aku yakin suara ini milik dokter Fathoni. Dari sekian banyak percakapan yang melintas di kepalaku, suara ini paling familiar.

Di balik selimut, aku bisa mendengar jelas suara-suara itu. Entahlah apa yang terjadi dengan diriku. Kenapa begitu banyak percakapan yang hadir dalam kepalaku sepagi ini.

"Skizofrenia adalah penyakit otak sebagaimana penyakit fisik lainnya seperti sakit jantung, diabetes, hipertensi dan lainnya. Skizofrenia merupakan salah satu penyakit disregulasi hormon, lebih tepatnya hormon dopamin. Ada yang mengatakan, skizofrenia adalah cara adaptasi individu untuk menghindari kecemasan yang dialami." Suara lain ikut masuk di telingaku.

Perlahan kubuka mata ini. Rasa penasaran akan suara-suara itu telah mengalahkan rasa sakit yang menguasai kepalaku. Tapi rasanya mata ini sulit diajak kompromi. Sakit kepala yang memuncak membuatnya kembali terpejam. Dan benar saja, obrolan-obrolan itu datang lagi.

"Apa benar dok, seseorang yang kena skizofrenia bisa memunculkan fantasi tentang dunia yang ideal menurut keinginannya. Apa mungkin lelaki di ranjang itu juga tengah berfantasi," kali ini ada suara yang sukses mengagetkanku. Mataku kini benar-benar terbuka. Sepintas suara itu mirip suara Andina, putriku! Tapi mustahil. Andina masih di Estoril untuk berlibur. Beberapa hari lalu ia mengirimkan foto-fotonya yang sedang jalan-jalan di pantai dan di beberapa lokasi sudut kota tua yang jadi andalan wisata di Portugal itu.

"Fantasi ini memang mampu meredakan sementara kecemasan yang dialami. Tapi di sisi lain, fantasi ini membuat seseorang terbenam dalam dunianya sendiri. Lepas dari sekitarnya. Jika hal ini dibiarkan terus menerus, maka semakin dalam ia masuk ke alam fantasinya, semakin lepas dengan kenyataan. Dalam ilmu kesehatan jiwa, skizofrenia disebut sebagai keadaan seseorang yang terlelap dalam fantasinya dengan waktu yang lama," dari balik selimut, perlahan suara-suara itu semakin terdengar dengan jelas. Bahkan kini aku bisa mendengar suara langkah kaki beberapa orang sedang mendekati tempat tidurku.

"Begini, para psikiater mengatakan skizofrenia adalah salah satu mekanisme adaptasi seseorang terhadap kecemasan yang dialami. Kecemasan ini terlampau masif dan kronis. Akibatnya, seseorang memunculkan fantasi tentang dunia yang ideal menurut keinginan dan apa yang difikirkannya." Suara seseorang dengan nada berat, kembali terdengar jelas di gendang telingaku.

"Berapa lama biasanya proses terapi atau pengobatan bagi orang dengan skizofrenia supaya bisa kembali nolmal Dok? Apa mereka bisa dikatakan orang gila?" Suara lain ikut menimpali. Suara yang pertama kali kudengar, kali ini malah tidak terdengar lagi.

Ini jelas bukan bagian dari efek samping sakit kepala yang terjadi. Disela-sela obrolan itu, beberapa orang bahkan terdengar berbicara dan ikut tertawa sendiri. Ini benar-benar di luar nalar. Ini sudah gila! Bagaimana bisa mereka sampai masuk rumah dan sekarang mendekati tempat tidurku. Ingin rasanya aku bangun dan mengusir orang-orang ini. Tapi sakit kepalaku benar-benar membuatku tidak berdaya. Perlahan kusibak selimut. Sangat perlahan. Aku belum bisa memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Dari balik selimut, aku mencoba memincingkan mata. Membukanya walau dengan perlahan.

"Lelaki ini, salah satu contoh kasus bagaimana skizofrenia bisa menyerang siapapun. Bahkan di usia yang masih muda. Lelaki ini punya mimpi besar untuk bisa melanjutkan hidup sukses dan menggapai segalanya. Tapi nasib berkata lain. Hal itu justru membawanya ke tempat rehabilitasi ini.," dari balik selimut, aku bisa melihat dengan jelas dari mana asal suara itu.

Seorang lelaki tua, dengan jenggot dan rambut yang sudah memutih sudah ada di samping tempat tidurku. Arah ucapannya jelas menunjuk tepat kepadaku. Aku tidak kenal orang ini. Tapi kacamata tebal dan baju putih yang dikenakan lelaki ini seperti mengingatkanku pada seseorang. Di sebelahnya, beberapa orang terlihat antusias dengan apa yang dikatakan lelaki itu. Mereka masih muda. Beberapa diantaranya bahkan mencatat setiap perkataan yang keluar dari mulut lelaki itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun