Paradigma ini dilandasi oleh pemikiran Max Weber tentang tindakan sosial (social action). Pemikiran Weber sangat berbeda dengan pemikiran Durkheim. Jika Durkheim memisahkan struktur dan institusi sosial sebagai bagian dari fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat.Â
Di sisi lain, Weber melihatnya sebagai satu kesatuan yang membentuk tindakan atau makna manusia. Tindakan sosial adalah tindakan individu (agen) yang memiliki makna subjektif atau sukarela dan diarahkan pada tindakan orang lain.Â
Sebaliknya, tindakan individu yang diarahkan pada benda mati atau benda yang tidak berhubungan dengan tindakan orang lain bukanlah tindakan sosial. Jadi, setiap individu yang melakukan tindakan yang mempunyai motif tertentu pada orang lain disebut dengan tindakan sosial karena dia memiliki motif. Paradigma ini disebut sebagai sosiologi interpretatif.
Weber membagi beberapa macam tindakan sosial, semakin rasional tindakan sosial tersebut maka semakin mudah memahaminya
a. Tindakan Rasionalitas Instrumental
b. Tindakan Rasionalitas Nilai
c. Tindakan Afektif
d. Tindakan Tradisional
Paradigma ini didukung oleh beberapa teori yaitu, Teori Aksi, Teori Interaksionisme Simbolik, Teori Fenomenologi, dan Teori Etnometodologi.
3. Perilaku Sosial
Paradigma ini menekankan pada hubungan antar individu dan hubungan individu dengan lingkungannya. Paradigma ini mengacu pada karya psikolog Amerika Burrhus Frederic Skinner, salah satunya Beyond Freedom and Dignity (1971). menyatakan bahwa objek penelitian sosiologis yang konkret dan nyata adalah perilaku orang atau individu yang tampak dan perulangannya.