Mohon tunggu...
Ali Suyanto Herli
Ali Suyanto Herli Mohon Tunggu... wiraswasta -

Praktisi micro finance

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Aplikasi Chatting, Kotak Pandora Baru

7 Januari 2017   01:08 Diperbarui: 7 Januari 2017   01:22 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SISI GELAP SUATU PENGAWASAN

George Orwell pernah menulis buku berjudul ‘1984’ yang bercerita tentang bagaimana negara mengawasi semua aktivitas rakyatnya. Segala aktivitas rakyat dikendalikan dan diawasi oleh negara, dari aktivitas seperti bekerja, makan, minum, tidur, berbicara, berpikir, dan semuanya diawasi ketat oleh negara. Setiap tindakan kecil atau besar yang bersifat memberontak atau melawan terhadap negara akan dihukum berat dan diawasi oleh Polisi Pikiran melalui layar monitor besar. Sejarah ditulis ulang dan diatur untuk kepentingan pemerintahan incumbents. Mereka yang menguasai masa lalu akan mengusai masa depan. Tidak ada kebenaran mutlak. Kebenaran hanya ada di negara. Jika negara mengatakan kebenaran adalah 2 + 2 adalah 5, maka rakyat harus mengamininya.

Bahkan bahasa diatur ulang formatnya, karena individualisme tidak dianggap ada dan kalau pun ada hanya dianggap sebagai sebuah bentuk kejahatan. Di saat seperti itu akan muncullah benih-benih fasisme. Apa itu fasisme? Akan kita bahas secara singkat nanti.

Pada tahun 1988 pernah muncul sebuah film berjudul ‘Enemy of The States’ (sutradara Tony Scott) yang bercerita tentang seorang pengacara (diperankan oleh aktor Will Smith) di Amerika Serikat yang menjadi target pembunuhan seorang politikus jahat beserta kroni-kroni dari NSA hanya karena si pengacara secara tidak sengaja menjadi saksi atas kejahatan si politikus itu.

NSA atau National Security Agency adalah suatu badan kriptography milik pemerintahan Amerika Serikat yang didirikan oleh Presiden Harry S Truman pada tanggal 4 November 1952, dan dibekali dengan tehnologi super canggih dari satelit di atas langit sampai ke camera cctv super mikro di kisi-kisi rumah kita.

Di film itu ditunjukkan bagaimana hebatnya cara orang-orang jahat di NSA menggunakan tehnologi pengawasan milik pemerintah untuk mengawasi dan mencelakai si subyek target tertentu demi kepentingan pribadi si pemegang kuasa tersebut. Dari saat subyek bangun tidur, berangkat kerja, mampir sarapan di cafe, belanja pakai kartu kredit, menggunakan telepon selular, masuk toilet sampai pulang kembali ke kamar tidurnya di malam hari akan selalu terpantau oleh NSA. Tidak ada saat dimana masyarakat tidak terpantau oleh negara.

Dalam kondisi ekstrem, pembicaraan di telepon – bahkan di semua media sosial dan aplikasi chatting juga – semua akan disadap. Jadwal kapan para orangtua menjemput putra-putrinya pulang sekolah akan diketahui, tagihan-tagihan kartu kredit kita, jadwal kapan para suami melakukan hubungan suami istri dengan istri maupun dengan selingkuhannya kalau ada juga akan terlacak oleh negara, komunikasi dokter dengan pasiennya tentang penyakitnya juga akan diketahui, bahkan sampai masuk ke hal-hal paling pribadi antar umat manusia apa pun itu yang dibahas akan diketahui oleh lembaga supervisi.

Bahkan bisa jadi bentuk penyadapan itu dilakukan bukan oleh orang-perorang saja, namun oleh suatu kelompok atau instansi untuk tujuan-tujuan tertentu yang belum tentu dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya. Katakan lah misalnya yang lebih ekstrem ke antar lawan politis; jadi misalnya satu pihak mengawasi lawan politiknya demi mencapai kemenangan politik. Dan kekuatan besar itu akhirnya sungguh sulit dibenahi lagi.

Lalu muncullah pertanyaan ini, apa jaminan bahwa bentuk pengawasan dan penyadapan hingga ke ranah pribadi itu tidak akan disalahgunakan oleh oknum-oknum lembaga pengawasnya? Kasus-kasus pelenyapan (mahasiswa mau pun non mahasiswa) aktivis kemanusiaan di negeri ini di masa2 pergolakan politik tempo lalu, entah oleh siapa itu pelakunya, tetap menjadi tanda tanya besar buat kita bersama, masih yakinkah kita semua bahwa moral oknum pejabat dan penguasa kita akan seratus persen benar, baik dan bagus secara moral?

Ada satu kasus kematian aktivis kemanusiaan itu yang masih menyisakan misteri dan tanda tanya besar hingga detik ini. Tidak jelas siapa pelakunya. Semua terdiam, mungkin ada nuansa takut pula di situ.

Saat pengawasan sudah masuk ke aplikasi chatting, saat itu lah artinya tidak ada lagi wilayah privacy (tidak ada lagi individualisme) di negara tersebut. Karena individualisme hanya dianggap sebagai suatu bentuk kejahatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun