Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Lupa Bersuci, Gagal Bertemu Nabi

10 Mei 2021   23:54 Diperbarui: 10 Mei 2021   23:54 1158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Semalam saya bermimpi ketemu dengan Kanjeng Nabi...." kata Kabayan pada teman-temannya yang berkumpul di pos ronda Cibangkonol selepas tarawih.

"Wah, pertanda bagus itu Kang, bisa berkah!" kata Kang Jana. "Bagaimana ceritanya?"

"Namanya juga mimpi Jang, saya lupa awalnya. Yang jelas, saya dijemput rombongan kereta kuda di depan rumah saya. Ada satu orang yang mengajak saya untuk ikut," kata Kabayan. "Mulanya saya nggak mau, takut. Tapi salah seorang meyakinkan kalau saya harus ikut, rugi katanya kalau saya nggak mau. Dia bilang, di kereta depan ada Kanjeng Nabi, terus berikutnya sahabat-sahabatnya..."

"Terus, mau dibawa ke mana?" Mang Odon ikut penasaran.

"Katanya sih ke tempat yang tak bakalan bisa saya datangi lagi kalau nggak ikut saat itu!" jawab si Kabayan.

"Terus?" Mang Sadut juga ikut penasaran.

"Saya bilang, saya mau pamitan dulu pada istri saya, si Iteung, takutnya dia nyariin," lanjut si Kabayan. "Tapi orang itu melarang. Katanya, saya hanya punya kesempatan saat itu saja. Langsung ikut naik salah satu kereta, atau ditinggal!"

"Jadinya?" tanya Mang Odon lagi.

"Ya saya langsung ikut," jawab si Kabayan. "Saya pikir, nanti saja lah ngomong sama si Iteungnya kalau saya sudah pulang..."

"Terus dibawa ke mana?" Mang Sadut bertanya.

"Setelah saya naik, orang itu jadi kusirnya. Kereta langsung melesat cepat. Saya nggak tau dibawa kemana. Yang jelas, sangat cepat, terus makin lama kaki kuda dan roda keretanya tak lagi menapak tanah. Makin tinggi, awan-awan, tapi ya itu, saya nggak bisa melihat ke bawah, gelap. Lagipula rombongan kereta yang di depan juga sangat cepat!" Kabayan melanjutkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun