Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (118) Jurnal Ringkasan Buku

8 April 2021   10:36 Diperbarui: 8 April 2021   10:36 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

*****

Sejak itu, Soso punya kegiatan yang rutin. Jam istirahatnya yang tak terlalu panjang itu digunakan untuk dua hal, belajar Bahasa Jerman setiap hari Senin, Selasa, dan Rabu, sementara hari lainnya ia gunakan untuk membaca setelah mengunjungi tempatnya Tuan Zakaria dan meminjam buku dari sana.

Kali ini, Soso tak sekadar membaca. Tapi juga mulai mencatat poin-poin penting dari buku-buku yang dibacanya. Ia membuat semacam jurnal ringkasan buku-buku itu. ringkasan-ringkasan buku yang dibacanya itu kemudian diberikan kepada kawan-kawannya di Lingkaran Setan. Merekalah yang kemudian mendiskusikannya. Sesekali Soso juga terlibat dalam diskusi itu jika mereka kesulitan menangkap maksud dari buku yang dicatat oleh Soso itu.

Jurnal ringkasan buku itu ternyata sangat membantu Soso sendiri dalam memahami dan mengingat isi sebuah buku. Selama ini ia hanya mengandalkan ingatannya. Dan itu seringkali membuat pemikiran dari satu buku bercampur dengan pemikiran orang lain dari buku yang lain atau orang yang sama dalam bukunya yang lain.

Dengan begitu, ia merasa lebih bisa mengikuti pola pikir Vladimir Ulyanov dalam memahami sebuah gagasan dalam sebuah buku. Kebiasaan barunya itu membuatnya harus membaca ulang beberapa buku yang dianggapnya penting. Ia membaca kembali karya-karya Charles Darwin, Karl Marx, Hegel, bahkan juga novel-novel yang pernah dibacanya. Hasilnya, ia merasa pemahamannya menjadi jauh lebih baik. Apalagi ketika ia membaca kembali catatan dalam jurnal ringkasan bukunya.

Selain itu, ia juga membawa sebuah buku karya Shakespeare, apalagi kalau bukan Romeo dan Juliet untuk diterjemahkan. Soso sengaja memilih itu, karena selain sudah cukup hafal isinya, niatnya adalah juga untuk belajar menerjemahkan. Jadi harus dari yang mudah dulu.

Meski begitu, menerjemahkan buku ternyata bukan hal yang mudah baginya. Lebih mudah baginya untuk membaca dan memahami isinya...

Tapi ia tak mau menyerah. "Aku harus belajar!" tekadnya.

*****

BERSAMBUNG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun