Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kerja Sampingan ala Kakha Kaladze, dari Sepakbola, Bisnis, hingga Politik

2 April 2021   11:29 Diperbarui: 2 April 2021   11:35 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaladze tidak berpikir untuk menjadi pelatih setelah pensiun. Ia ingin menjadi pebisnis. Karena itu, ia mulai merintis usaha sebelum benar-benar pensiun. Pilihannya jatuh ke usaha restoran. Ia membuka Budha Bar di Kyiv Ukraina tahun 2008. Setelah itu, membeli restoran legendaris Gianinno yang didirikan Gianinno Bindi (1899) dan meraih Michelin Star di bawah pengelolaan Davide Oldani dan Roberto Molinari.

Masih di tahun yang sama, Penghasilannya dari sepakbola kemudian dibawa ke kampung halamannya di Georgia. Ia mendirikan Kala Capital dengan fokus pada bisnis energi di Georgia, Italia, Ukraina, dan Khazakstan. Ia memilih Zurab Boghaideli sebagai orang kepercayaannya. Boghaideli adalah mantan Perdana Menteri Georgia tahun 2005-2008.

Ini jelas usaha sampingan yang tak main-main. Jauh mengalahkan penghasilannya sebagai pemain sepakbola. Karena itulah, ketika pensiun dari sepakbola di Genoa tahun 2012, Kaladze kembali ke kampung halamannya. Ia sudah punya nama besar sebagai pesepakbola (empat kali meraih gelar pemain sepakbola terbaik Georgia tahun 2001, 2002, 2003, 2006, dan juga 2011), selain itu, duitnya sebagai pebisnis juga sudah sejibun.

Modal itu kemudian dibawanya saat terjun ke dunia politik. Ia bergabung dengan Kartuli ocneba -- Demok'rat'iuli Sakartvelo (Georgian Dream -- Democratic Georgia), sebuah partai oposisi baru yang didirikan konglomerat Bidzina Ivanishvili. Kaladze ditunjuk sebagai Sekjen partai itu. Partai baru bermodal tebal itu kemudian memenangkan pemilu tahun 2012, dan Kaladze terpilih menjadi anggota Parlemen Georgia.

Bukan itu saja, Kaladze juga diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri Georgia di bawah kepemimpinan PM Giorgi Kvirikashvili. Jabatan lain yang diserahkan padanya pada waktu itu adalah Menteri Energi Georgia. Bayangkan saja, tiga jabatan langsung dipegangnya saat itu!

Tapi untuk jabatan Menteri Energi, ini banyak dipermasalahkan. Bukan apa-apa, saat itu Kala Capital miliknya menguasai 45 persen saham SakHidroEnergoMsheni, perusahaan konstruksi pembangkit listrik tenaga air di Georgia. Ini bukan kerja sampingan, tapi sudah mengarah pada konflik kepentingan. Kaladze terpaksa menjual sahamnya kepada GMC Group, tapi tetap saja dianggap masih ada 'simpanannya' di sana.

Pusing dengan tudingan itu, tahun 2017, Kaladze mengundurkan diri sebagai Menteri Energi. Apa yang dilakukannya kemudian? Orang Indonesia mungkin tertawa mendengarnya. Jika di Indonesia yang lazim adalah mundur (selesai atau pensiun) dari menteri dan nyalon Gubernur seperi Anies Baswedan atau Khofifah Indar Parawansa, Kaladze malah lebih 'turun' lagi. Ia mundur dari menteri dan nyalon jadi walikota!

Tapi jangan kaget dulu, karena ia mencalonkan diri sebagai Walikota Tbilisi yang tak lain adalah ibukota Georgia. Jadi ya kurang lebih seperti Anies Baswedan. Bedanya, DKI Jakarta setara dengan provinsi, Tbilisi tetap berstatus kota, meski kotanya besar. Kaladze pun terpilih dengan mengantongi 51 persen suara pemilih. Ia kemudian dilantik menjadi Walikota Tbilisi sejak 13 November 2017 hingga saat ini.

Dari Kaladze, para pemain (dan pensiunan pemain) sepakbola di Indonesia mungkin bisa belajar mempersiapkan masa depannya setelah tak aktif lagi di dunia sepakbola. Lupakan soal penghasilan Kaladze dari sepakbola yang memang besar (tahun 2010 saja, penghasilannya mencapai 1,2 juta Euro).

Catatan pentingnya adalah bagaimana ia mengelola uang itu. Ia pandai mengelolanya, mencari investasi yang menguntungkan, dan juga mengelola nama besarnya sebagai pemain sepakbola ketika dibawa ke ranah politik.

Sementara di Indonesia, kisah yang paling sering terdengar adalah bagaimana para mantan pemain sepakbola yang berpenghasilan lebih dari cukup saat aktif, kemudian hidup menderita setelah pensiun. Kalaupun mengelola bisnis, hanya bisnis kecil dengan skala 'cukup untuk makan' saja. Paling beruntung kalau pensiun menjadi pengamat sepakbola atau jadi pelatih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun