“Upaya pembunuhan pada Tsar Alexander II yang pertama gagal.[9] Tapi yang kedua berhasil.[10] Pelakunya adalah tiga anggota muda Narodnaya Volya, yaitu Nikolai Rysakov, Ignacy Hryniewiecki, dan Ivan Emelyanov. Mereka melemparkan bom kepada rombongan Tsar di dekat jembatan Pevchesky, St. Petersburg.”
“Tapi tindakan itu malah membuat para petani ketakutan dan tak simpati dengan gerakan itu. Apalagi kemudian banyak pemimpin Narodnaya Volya yang digantung,” lanjut Gege. “Aku termasuk salah satu yang tak setuju dengan itu. Makanya aku kemudian meninggalkan Narodnik, apalagi kelompok yang kuikuti itu juga merupakan kelompok garis keras…”
Soso melongo, “Jadi karena itu Abang meninggalkan Narodnik?”
“Aku tidak meninggalkan gagasannya. Aku meninggalkan gerakannya…” tegas Gege.
“Terus, hubungannya dengan Mikhailovsky ini apa?” tanya Soso yang belum menemukan jawaban yang dicarinya.
“Aku pernah membaca tulisannya tentang hubungan pahlawan dan massa,” jawab Gege. “Dia mengatakan, seorang individu tidak selalu istimewa. Tapi setiap individu yang secara kebetulan menemukan dirinya dalam keadaan tertentu kemudian memimpin massa, dapat memberikan kekuatan yang substansial kepada orang banyak (melalui emosi dan tindakannya), sehingga seluruh peristiwa dapat memperoleh kekuatan tertentu. Jadi menurutnya, peran seorang individu bergantung pada pengaruh psikologisnya yang diperkuat oleh persepsi massa.”
“Pandangannya ini bertentangan dengan gagasan yang populer di kalangan orang-orang yang berpikiran revolusioner yang menganggap bahwa seseorang yang memiliki karakter atau bakat yang kuat, mampu melakukan hal-hal yang luar biasa dan bahkan mengubah jalannya sejarah,” tambah Gege.
“Mikhailovsky bahkan mengatakan bahwa kaum intelektual berhutang pada masyarakat yang mengalami penderitaan yang panjang. Pemikiran-pemikiran besar, menurutnya lahir dari pengamatan pada penderitaan ini!”
Soso mencoba untuk memahaminya. Ia lalu teringat bagian awal tulisan Ulyanov yang menghubungkannya dengan kritik Mikhailovsky pada pemikiran Darwin. “Apa kaitannya dengan Darwin?”
Gege tersenyum, “Seingatku, Mikhailovsky menganggap proses sejarah sebagai kemajuan diferensiasi lingkungan sosial, yang akhirnya mengarah pada munculnya individualitas. Perjuangan untuk individualitas dipandang sebagai masalah lingkungan yang beradaptasi dengan kepribadian. Ini berbeda dengan gagasan Darwinis tentang perjuangan untuk eksistensi, di mana individu beradaptasi dengan lingkungan,” jawabnya.
Bagian itu masih membingungkan Soso. “Sebentar, lalu apa yang membuat sebagian kaum Narodnik menganggapnya berbeda?”