Lagi-lagi semuanya ngakak. Si Senko-nya, cuma cengangas-cengenges, "Susah kalau langsung, keluarnya itu!" elaknya.
Gara-gara itu, anak-anak lain mulai lupa dengan sebutan Senko. Mereka mulai memanggilnya dengan nada mengejek, Kamo. Anaknya sendiri tampaknya malah tak terlalu peduli. Cuek saja dipanggil dengan nama itu. Sejak itu, semua menjadi jelas, anak-anak tak harus kesulitan membedakan dua nama Simon, dan anaknya sendiri yang ogah dengan sebutan Senko, mulai menyebut dirinya sebagai 'Kamo.'[1]
*****
Ketika Soso teringat pada sahabatnya yang lain, si Lado, Soso kemudian mengajak si Kamo untuk mencarinya. Kamo juga mengenal si Lado, meski tak terlalu akrab karena usianya yang terpaut cukup jauh. Pada Kamo, Soso menceritakan asal mula hilangnya si Lado.
Lagi-lagi, Soso belum mendapatkan kabar apapun tentang sobatnya yang satu itu. anak itu, bersama rombongan Mesame Dasi seperti hilang ditelan bumi.
"Kenapa nggak nanya polisi?" tanya si Kamo.
"Aku nggak berani..." jawab Soso. "Lagipula, kudengar tak ada di tahanan polisi!"
"Tentara?"
Soso menggeleng, "Apa urusannya dengan tentara?"
"Mungkin ada..." kata si Kamo. "Bapakku kan kontraktor proyek-proyek tentara. Dia pernah jadi pemasok peralatan dalam perang di Khiva dan Bokhara Khanates.[2] Kadang ia juga ikut mencari tambahan tentara kalau diperlukan..."
"Untuk Rusia?" tanya Soso.