Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (111) Senko Menjadi Kamo

21 Maret 2021   22:52 Diperbarui: 22 Maret 2021   21:26 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah sekolah dimulai lagi dan anak-anak Lingkaran Setan sudah pada balik dan kumpul-kumpul lagi, di Sarang Setan jadi ada dua Simon, Simon Natroshvili, anak yang tadinya alim tapi 'dirusak' oleh Soso, dan Simon Ter-Petrosian anak Gori yang baru datang itu. Untuk membedakannya, Simon anak baru itu dipanggil dengan nama dikenal di kampungnya, Senko.

Anak itu sebetulnya malas menggunakan panggilannya, katanya terlalu ndeso. Tapi apa boleh buat, daripada ruwet.

Anak-anak lain mulai ikutan mengajarinya berbahasa Rusia. Soso sudah mengumumkannya, dia wanti-wanti soal itu. Dia bilang, kakeknya mengganti biaya sewa rumah itu, selain itu akan membayari juga nanti jika kontrakannya habis. Belum lagi si Senko juga membeli barang-barang yang juga sering dipakai anak-anak lain, termasuk sebuah kasur besar yang sering dipake leyeh-leyeh siang hari.

Tapi ada satu persoalan yang rada-rada menjengkelkan bagi anak-anak lain, bahkan si Ararat sekalipun. Entah kenapa, lidah si Senko itu sulit sekali dengan pas mengucapkan kata-kata dalam Bahasa Rusia.

Mungkin niatnya bener, tapi yang keluar bunyinya lain sehingga artinya juga lain. Belum lagi, kemampuan mengingatnya yang bener-bener payah. Sudah berkali-kali diberitahu pun, masih aja salah atau lupa.

Suatu hari, ketika yang lain asyik membaca buku, giliran si Vardonian yang mengajari si Senko belajar. Sudah diomongi oleh si Vardo untuk mengatakan komu yang artinya 'kepada siapa' tak selalu yang terucap olehnya adalah 'kamo' yang mendekati singkatan kata 'kamuflyazah' atau kamuflase yang sering disingkat menjadi 'kamo' dalam keseharian.

"Komu! Bukan kamo!" kata si Vardo, suaranya cukup keras sampai semuanya bisa mendengar karena memang sedang pada asyik membaca.

"Kamo..." kata si Senko.

Dan pecahlah tawa satu ruangan, termasuk Soso yang sebetulnya sedang di lantai atas. ia sampai terpingkal-pingkal geli dan kehilangan konsentrasi membacanya, lalu turun dan mendekatinya.

"Coba kau bilang lagi, komu!"

"Komu..." kata si Senko. Bener pas pelan-pelan. Tapi ketika mulai dipake dalam kalimat, lagi-lagi kata 'kamo' yang keluar dari lidahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun