Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (103) Berkumpul Kembali

13 Maret 2021   12:11 Diperbarui: 14 Maret 2021   12:06 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Soso mengangguk. "Ya itu. Itulah gunanya kita punya jaringan..."

"Bagaimana bisa kau mengenal walikota Poti itu?" Si Jojo ikut bertanya.

Soso pun menceritakan kejadian sebelumnya, enam bulan lalu, setelah pulang dari Batumi, tempatnya si Vaso.

"Ah, andai saja aku ikut..." sela si Vaso, "Mungkin aku juga bisa berkenalan dengannya!"

Soso nyengir, "Ah, gak penting itu. Kapan-kapan kita bisa mengunjunginya kok..." katanya. "Sekarang yang terpenting adalah bagaimana kita bisa belajar dari pemikiran-pemikiran mereka. Tidakkah kalian tertarik untuk ikut membangun Georgia dengan cara apapun yang kita bisa?"

"Nah itu..." sela si Alesi, "Aku sebetulnya lebih suka bergerak!"

"Iya, tapi ingat, mereka bergerak itu setelah punya dasar. Dasar pemikiran, ada ilmunya, bukan asal bergerak!" kata Soso. "Pangeran Ilia, Tuan Nikoladze, bahkan istrinya sendiri Nyonya Olga Guramishvili bergerak berdasarkan ilmu. Bagaimana kita mau bergerak kalau kita sendiri tak tahu apa yang harus digerakkan!"

"Jadi?" tanya si Alesi lagi.

"Perbanyak dulu bacaan kita, perluas pengetahuan kita, baru kita memikirkan apa yang bisa digerakkan..." jawab Soso. "Begini saja. Selama satu semester ini, kita intensifkan lagi bacaan kita, diskusi kita. Nanti, liburan, baru kita bergerak. Apa yang kita gerakkan, ya kita diskusikan terus!"

"Tapi kalau hanya kita-kita saja, sudah nggak terlalu seru lagi, Koba," timpal si Simon. "Semakin banyak orang, semakin asyik dan semakin beragam cara pandangnya, tak peduli salah atau benar. Namanya juga kan diskusi!"

"Bener, Koba..." si Vaso menimpali, "Mungkin kita perlu mengajak kawan-kawan kita yang dulu untuk kembali aktif!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun