Soso mengangguk. "Ya itu. Itulah gunanya kita punya jaringan..."
"Bagaimana bisa kau mengenal walikota Poti itu?" Si Jojo ikut bertanya.
Soso pun menceritakan kejadian sebelumnya, enam bulan lalu, setelah pulang dari Batumi, tempatnya si Vaso.
"Ah, andai saja aku ikut..." sela si Vaso, "Mungkin aku juga bisa berkenalan dengannya!"
Soso nyengir, "Ah, gak penting itu. Kapan-kapan kita bisa mengunjunginya kok..." katanya. "Sekarang yang terpenting adalah bagaimana kita bisa belajar dari pemikiran-pemikiran mereka. Tidakkah kalian tertarik untuk ikut membangun Georgia dengan cara apapun yang kita bisa?"
"Nah itu..." sela si Alesi, "Aku sebetulnya lebih suka bergerak!"
"Iya, tapi ingat, mereka bergerak itu setelah punya dasar. Dasar pemikiran, ada ilmunya, bukan asal bergerak!" kata Soso. "Pangeran Ilia, Tuan Nikoladze, bahkan istrinya sendiri Nyonya Olga Guramishvili bergerak berdasarkan ilmu. Bagaimana kita mau bergerak kalau kita sendiri tak tahu apa yang harus digerakkan!"
"Jadi?" tanya si Alesi lagi.
"Perbanyak dulu bacaan kita, perluas pengetahuan kita, baru kita memikirkan apa yang bisa digerakkan..." jawab Soso. "Begini saja. Selama satu semester ini, kita intensifkan lagi bacaan kita, diskusi kita. Nanti, liburan, baru kita bergerak. Apa yang kita gerakkan, ya kita diskusikan terus!"
"Tapi kalau hanya kita-kita saja, sudah nggak terlalu seru lagi, Koba," timpal si Simon. "Semakin banyak orang, semakin asyik dan semakin beragam cara pandangnya, tak peduli salah atau benar. Namanya juga kan diskusi!"
"Bener, Koba..." si Vaso menimpali, "Mungkin kita perlu mengajak kawan-kawan kita yang dulu untuk kembali aktif!"