Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (98) Kabar Buruk Saat Pulang

7 Maret 2021   21:24 Diperbarui: 8 Maret 2021   22:53 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

"Kalau aku membayar konsultan, uang yang dikeluarkan oleh kota ini akan jauh lebih besar, puluhan atau bahkan ratusan kali lipatnya. Padahal, sumbangan ide-idemu itu sangat besar nilainya. Hasil bacaanmu dan pengamatan kota yang kamu lakukan, telah memberiku banyak gagasan untuk diterapkan di sini..." imbuh Tuan Nikoladze. "Saat ini mungkin belum akan terlihat, tapi setidaknya, dalam waktu paling cepat dua tahun, satu-dua idemu bisa terwujud. Datang saja nanti, lihat sendiri hasilnya!"

Soso hanya bisa mengucapkan terimakasih. "Selain uang ini, banyak pengalaman yang saya dapatkan di sini Tuan, termasuk perjalanan ke Novorossiysk itu. Saya tak bisa berkata apa-apa lagi, selain rasa terimakasih!"

"Sudahlah!" kata Tuan Nikoladze. "Ada satu lagi yang perlu kau lakukan!"

"Apa itu Tuan?"

Tuan Nikoladze menyodorkan sebuah amplop bersegel, "Sampaikan surat ini kepada Pangeran Ilia setibanya kamu di Tiflis!"

"Baik Tuan!"

Setelah itu, Soso pamitan pada Pak Didi. Lelaki baik hati yang telah menampungnya, meski ia sendiri kemudian lebih banyak tinggal di rumah Natela. Ia menyerahkan uang 50 rubel dari yang diterimanya. Tapi Pak Didi menolak, katanya, ia sudah mendapat uang pengganti dari balai kota. Soso tak bisa memaksanya, selain mengucapkan terimakasih kepadanya, juga kepada istrinya.

Dan terakhir, tentu saja ia berpamitan pada Natela.

"Pulanglah, teruskan langkah hidupmu..." katanya. "Nggak perlu mengingat-ingat aku, tak perlu memikirkanku. Apa yang terjadi di antara kita selama ini, tak perlu dikenang-kenang atau dibuat berat hati. Mengenalmu sudah merupakan kebahagiaan bagiku, takkan kuminta lebih dari itu!"

"Tapi kalau aku kangen gimana?" tanya Soso.

"Ya datang saja ke sini, gampang kan!" Natela tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun