Seluruh anggota rombongan sarapan pagi bersama di aula yang cukup besar dalam kapal itu. Soso duduk tak jauh dari Tuan Nikoladze dan istrinya, Nyonya Guramishvili.
"Anak ini disukai oleh Pangeran Ilia!" kata Tuan Nikoladze, menunjuk Soso pada istrinya. "Dia menulis puisi, punya visi tentang Georgia, dan punya kecerdasan yang luar biasa. Kemarin kutugaskan membuat perbandingan tata kota dengan Poti, hasilnya luar biasa. Perjalanan ke Novorossiysk ini juga karena aku melihat ada sesuatu dari pemaparannya yang menarik!"
"Kau sekolah di mana?" tanya Nyonya Guramishvili.
"Seminari Tiflis, Nyonya!" jawab Soso.
"Ooh... bukannya tak menghormati agama, tapi kurasa, anak sepertimu harus melanjutkan ke gymnasium, lalu pergi kuliah di jurusan yang kamu sukai. Entah itu di Swiss, Jerman, atau Rusia pun tak apa!" Â katanya lagi.
"Barangkali saya takkan mampu sekolah tinggi seperti itu Nyonya. Sekolah di seminari pun sudah bagus buat saya!" jawab Soso, meski mendengar kata-kata Nyonya Guramishvili itu membuatnya jadi sangat ingin pergi kuliah.
"Tsar tampaknya memang menjebak anak-anak cerdas sepertimu agar hanya mengurusi hal-hal seperti itu, agama, agar tak mengganggu kepentingannya. Sama seperti saat mereka melarangku, kaum perempuan, untuk pergi kuliah dengan alasan yang dibuat-buat!" katanya lagi.
Soso makin terpesona oleh perempuan itu.
*****
BERSAMBUNG: (94) Gerbang Rusia di Laut Hitam
Catatan: