Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (92) Ajakan ke Novorossiysk

1 Maret 2021   20:19 Diperbarui: 2 Maret 2021   21:01 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Justru dari Sabine lah, Soso belajar membedakan setiap hubungannya dengan perempuan, dan Sabine menjelaskan dengan pandangannya sendiri yang bagi Soso itu masuk akal.

"Tidak semua perempuan itu memiliki tujuan yang sama ketika berhubungan dengan laki-laki. Ada yang melibatkan perasaan mendalam, disertai dengan harapan. Ada yang melibatkan perasaan karena sebuah alasan tertentu. Dan ada juga yang tidak melibatkan perasaan karena hanya ingin bersenang-senang. Walaupun dalam perjalanannya, bisa saja berubah..." katanya.

"Kamulah sebagai laki-laki yang harus bisa membedakannya sendiri. Kalau yang ingin bersenang-senang saja, ya itu urusanmu, apakah kamu juga meniatkannya hanya untuk bersenang-senang. Kalau perempuannya menaruh harapan, seperti cewek Rusia dari Rustavi itu, ya kamu harus berhati-hati. Karena sebaliknya kalau kamu menganggap untuk bersenang-senang, itu bisa melukai hatinya!" lanjutnya.

"Tapi itu cara pandangku sebagai orang Jerman ya..." sambungnya. "Bisa saja cara orang Rusia atau orang Georgia berbeda. Meski aku sih yakin bahwa itu bersifat umum. Hanya cara saja yang berbeda, tergantung dari budaya masing-masing!"

Dan Soso memang bisa merasakannya sendiri dengan merenungi hubungannya dengan Bonia, Tatiana, Irena, Natasha, hingga Natela. Karena itulah, ia jadi jauh lebih siap ketika berhubungan dengan Natela, karena ia sudah bisa membedakan motifnya. Dan itu bisa dirasakan dari omongan-omongan Natela sendiri.

"Kalau suatu saat kamu ada kesempatan kembali ke Poti, jangan ragu-ragu untuk mampir ke tempatku ya..." kata Natela.

Dari situ, Soso tahu, Natela memang menginginkan mereka bertemu kembali, tapi bukan sebuah 'keharusan' yang mengikat. Datang sukur, nggak datang ya sudah.

"Kalau pas aku datang kamu sudah punya suami lagi gimana?" tanya Soso iseng.

Natela tertawa, "Yaa datang saja, kita lihat saja nanti!"

Tuh kan!

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun