*****
Soso dan Pak Beso tiba di Rustavi menjelang sore.
"Apa kita langsung ke rumahnya Pak Devdariani?" tanya Pak Beso.
"Mungkin dia belum pulang, Pak..." jawab Soso. "Kita ke pabriknya saja, tunggu dia di sana..." lanjutnya. Jujur saja, Soso malas untuk langsung ke rumahnya Pak Devdariani, karena ia harus bertemu dengan si Said. Rada gengsi juga kalau kedatangannya itu untuk membayar utang bapaknya, meski mungkin si Said juga sudah tahu, dan juga tak peduli.
"Ya sudah..." kata Pak Beso. Ia lalu menunjukkan arah ke Rustavi Stali, tempat Pak Devdariani bekerja pada kusir kereta yang disewanya.
Setelah tiba di sana, Soso membayar sewa kereta dan mempersilakan kusirnya meninggalkan mereka. Ia memberi tambahan tiga puluh kopeck pada kusir itu. Si Kusir tampak senang dan berterimakasih pada Soso.
Tapi jam pulang kerja tampaknya masih sangat lama. "Kemana dulu kita Pak?" tanya Soso.
"Ada warung makan langganan para buruh..." jawab Pak Beso. "Dulu aku sering makan dan berutang di sana. Kita tunggu di sana saja..."
"Bapak masih punya utang di sana?" tanya Soso.
Pak Beso tersipu. "Ada, mungkin masih ada utangku dua rubelan..."
Soso merogoh sakunya, tapi Pak Beso melarang.