Soso mengangguk sambil tersenyum, "Puisi recehan saja Tuan..." katanya merendah.
"Aku tahu standar Pangeran Ilia. Tak mungkin dia asal-asalan memuatnya!" kata Tuan Nikoladze lagi. "Aku hanya tidak mengerti, kau bisa menulis puisi seperti ini, sementara kau sekolah di Seminari Tiflis!"
"Saya bukan siswa yang baik, Tuan. Seharusnya itu tak boleh, makanya saya pakai nama samaran..." jawabnya.
Tuan Nikoladze tertawa. "Justru apa yang kaulakukan itu yang seharusnya dilakukan oleh anak-anak muda Georgia! Kalian harus berani menentang kebijakan Rusia yang merugikan dan mengekang kebebasan seperti itu!"
"Menentang Rusia?" tanya Soso. Baginya itu agak aneh, lelaki itu adalah walikota di sebuah wilayah yang dikuasai oleh Rusia, tapi menyarankan untuk 'menentang' Rusia.
Tuan Nikoladze tertawa lagi. "Nanti kita lanjutkan obrolannya. Ini saatnya makan siang. Mari ikut makan bersamaku!"
*****
BERSAMBUNG: (61) Kuliah Singkat Kapitalisme Kolektif
Catatan:
[1] Niko Nikoladze adalah penyair sekaligus politisi Georgia yang mengenyam pendidikan tinggi di St. Petersburg Rusia. Dia dikenal dengan diplomasinya yang ulung, sehingga pihak Tsar mengangkatnya menjadi walikota Poti sejak tahun 1894. Kelak, Niko Nikoladze akan dikenang masyarakat Poti sebagai orang yang berjasa mengembangkan kota itu, salah satunya dengan membangun Gereja Katedral Poti yang meniru gaya Hagia Sophia di Istanbul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H