"Ya, anak muda ini tamuku. Dia perlu menginap satu malam sebelum berangkat ke stasiun besok pagi..." kata lelaki yang mengajak Soso itu.
"Baik Pak!" lelaki itu mengangguk.
Soso diajak masuk ke dalam sebuah ruangan yang besar. Ada sebuah meja, dan lemari yang penuh dengan buku-buku. Soso terpesona. Barangkali tidak salah, lelaki itu mungkin memang walikota. Tapi siapa namanya?
Setelah duduk berhadapan, Soso memberanikan diri untuk bertanya. "Dengan hormat, Tuan, saya belum mengenal siapa Tuan, saya takut tidak berlaku sepantasnya!"
Lelaki itu tertawa, "Tenang saja anak muda, siapa namamu tadi, Koba atau Soselo?"
"Koba, Tuan. Tapi Pangeran Ilia memanggil saya Soselo, Soso..."
"Aku Niko Nikoladze. Aku mengenal Pangeran Ilia. Dia mentorku dalam politik, meski dalam beberapa hal berbeda pandangan. Biasa itu...." katanya sambil menyerahkan setumpuk majalah Iveria. "Coba kau tunjukkan mana puisimu?"
"Tuan Walikota Poti?" tanya Soso sambil mencari edisi Iveria yang memuat puisinya.
"Ya begitulah, meski aslinya aku dari Jikhaisi, Samptredia..."
Untunglah Soso menemukan dua majalah yang memuat puisinya, Pagi, dan Si Tua Ninika. Kalau tidak, bisa malu dia. Nanti dikiranya ngaku-ngaku. Padahal orang yang berada di depannya bukan orang sembarangan, seorang walikota, yang entah kenapa bernama dan berasal dari Georgia.[1] Soso tak ingin menanyakannya langsung. Ia berniat mencari tahu soal lelaki ini pada Pangeran Ilia, nanti kalau ia kembali ke Tiflis.
Walikota Nikoladze melihat dua puisi yang disodorkan oleh Soso. "Ah iya.. aku ingat sekarang. Pantas saja Pangeran Ilia memuatnya. Rupanya kau penulisnya..." katanya.