Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (43) Menulis Ternyata Tak Mudah

8 Januari 2021   10:56 Diperbarui: 9 Januari 2021   08:20 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Soso berhasil bertahan mengikuti kegiatan di Seminari sampai waktu istirahat, jam tiga sore. Badannya bener-bener terasa nggak enak. Tapi ia bertekad ingin menyelesaikan tulisannya. Makanya ia segera kembali ke tempatnya si Lado. Kali ini, bukan hanya Seva yang ikut, si Peta juga mau bergabung. Ia tahu tujuan dua temannya itu, hanya ingin nebeng ngopi dan ngudud. Tapi biar saja, bagus kalau ada teman ke sana, supaya bisa menjaga kalau tubuhnya ngedrop.

Dan bener saja, sampai di tempatnya si Lado. Soso sama sekali nggak bisa berpikir. Kepalanya sangat berat. Matanya lebih lagi. Ketika si Lado mulai membahas tulisannya yang belum selesai itu, ia tak lagi bisa menahan kantuknya. Ia tertidur. Tulisan itu belum jadi juga.

Kalau saja tadi nggak pergi bareng si Peta dan Seva, mungkin ia akan kebablasan tidur di tempat si Lado. Gawat betul kalau sampai tak kembali ke sekolah.

Malam harinya, Soso tak bisa melanjutkan tulisannya. Nggak mungkin dia mengambil jatah rembesnya anak-anak yang lain seperti semalam. Lagipula, kepalanya masih terasa berat. Kalaupun ia bisa dan diizinkan rembes oleh teman-temannya. Ia tak yakin sesampainya di tempat si Lado ia akan bisa melanjutkannya. Paling cuma pindah tidur saja.

Akhirnya, ia memutuskan untuk beristirahat. "Nanti kalau badanku sudah segar, mungkin pikiranku juga akan lebih segar!" pikirnya.

*****

BERSAMBUNG: (44) Janji

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun