Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (40) Gazhonva

5 Januari 2021   09:07 Diperbarui: 6 Januari 2021   11:32 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
WPAP by Alip Yog Kunandar

Banyak orang yang duduk-duduk di luar yang diberi lampu penerang. Meja-meja bulat, kursi, dan minuman bahkan makanan kecil. "Rame juga ya Id..." kata Soso, "Kayak bar..."

Said tak menjawab, ia masuk ke dalam bangunan yang lumayan terang itu dan dipenuhi oleh banyak buku. Soso mengikutinya sambil melihat-lihat buku-buku yang memang tak dia temukan di tempatnya Pak Yedid. Ia tertarik dengan sebuah buku yang penulisnya pernah ia baca, Victor Hugo. Judulnya, Neschastnyy.[1] 

"Sudah berapa banyak karya Victor Hugo yang kamu baca?" tanya seseorang di belakang Soso.

Soso melirik, seorang lelaki memandangnya.

"Belum, baru liat-liat dulu..." jawab Soso.

Lelaki itu mengambil sebuah buku lain, judulnya Bug-Jargal.[2] "Baiknya kau baca ini dulu sebagai pemanasan sebelum baca karyanya yang lain..." kata lelaki yang usianya mungkin sekitar tiga puluhan tahun, pasti orang Georgia, jika dilihat dari bahasa dan logatnya.

Soso memperhatikan buku itu, lalu menyimpan kembali buku yang pertama diambilnya tadi. Tak ada salahnya mengikuti saran orang itu.

"Kamu temannya si Said, anak Seminari?" tanya lelaki itu lagi.

Soso mengangguk.

"Aku Gege Imedashvili, penunggu tetap toko buku ini!" kata lelaki itu, sambil mengulurkan tangannya. Soso menyambut dan menyebutkan namanya. "Kau boleh baca-baca dulu di depan sana. Bisa pesan kopi, tembakau, atau bahkan rokok..." katanya lagi.

Soso tersenyum, "Saya baca buku saja dulu..." katanya. Ia pamit pada lelaki itu dan segera menyusul si Said yang sudah lebih dulu membawa sebuah buku dan duduk di depan bangunan itu. "Yang tadi itu pemiliknya ya, Id?" tanya Soso.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun