Saat memperhatikan keramaian pesta itu, tangannya ditarik oleh seseorang, Bonia! Bonia membawanya ke samping gereja yang gelap. Ia hampir saja menyosor bibir Soso, kalau saja Soso tak sigap menghalanginya. "Jangan! Kamu adikku sekarang!" kata Soso.
Bonia menatapnya, lalu menangis. Ia membalikkan badannya dan berlari meninggalkan Soso. Ia tersandung. Soso hampir berlari menolongnya. Tapi Bonia segera bangkit dan berlari ke arah belakang gereja yang gelap.Â
Soso membiarkannya. Ia tahu, anak itu pasti sangat terpukul dengan pernikahan bapaknya dengan ibunya Soso, karena itu berarti Bonia dan Soso takkan pernah bisa menjadi sepasang suami-istri.
Soso kembali ke keramaian pesta. Ia melihat Mak Keke sedang berdansa dengan Pak Koba, suami barunya, ayah tirinya. Ia teringat desas-desus orang tentang hubungan dua orang itu, termasuk tudingan bahwa Pak Koba tak lain dari ayah kandungnya sendiri.Â
Kalau saja itu benar, berarti ia telah menjadi anak tiri dari ayah kandungnya sendiri!
Soso tak mau ambil pusing soal itu. Tapi mendadak ia teringat akan Pak Beso, lelaki yang ia kenal sebagai bapaknya selama ini. Malang betul nasibnya. "Semoga engkau benar-benar pergi ke Rustavi dan bekerja di pabrik baja di sana, lalu kau mendapatkan jodoh yang baru!Â
Aku akan tetap menganggapmu sebagai bapak. Biarlah desas-desus itu hanya sebagai desas-desus. Kebenaran, biarlah tetap menjadi misteri. Karena itu akan lebih baik, untuk semua..."
*****
BERSAMBUNG: (39) Mister Black Spot
Catatan:
[1] Ada sebuah lagu yang ditulis oleh Jay Lingston dan Ray Evans dengan judul ini, tapi pemaknaannya berbeda dengan yang dianut oleh kaum nihilis. Lagu yang dinyanyikan oleh Doris Day itu memaknainya sebagai kepasrahan kepada Tuhan dengan mensyukuri keadaan saat ini. Sementara kaum nihilis memaknainya untuk merayakan 'ketiadaan' atau ketidakpedulian dengan hari esok.
[2] Jas panjang khas Georgia dengan potongan depan lurus dan beberapa kancing di depan dada dan perut, bahu lebar dan ramping di bagian pinggangnya.
[3] Alat musik tiup semacam terompet di bagian ujungnya, tapi memiliki lubang-lubang nada seperti seruling.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H